Bagian dari berdemokrasi itu, salah satunya adalah memilih orang yang dipercaya untuk menjalankan pemerintahan negara ini. Sebuah perayaan demokrasi yang terjadi tiap lima tahun sekali. Mengapa dikatakan perayaan atau pesta? Ya karena sejatinya kekuasaan rakyat akan dipertontonkan pada momen-momen ini.
Setelah lima tahun lamanya, para pemimpin duduk di atas singgasana, menyandang kuasa dan memberikan perintah-perintah. Maka pada momen-momen ini, mereka turun ke bawah dengan tangan menengadah.
Meletakkan diri mereka di bawah tatapan ratusan juta pasang mata, yang akan menilai mereka sebagai juri. Memilih siapa yang mendapat kepercayaan lima tahun berikutnya, dan siapa yang harus bersiap gigit jari.
Biasanya pada tahun tersebut, mulailah riuh rendah di warung-warung kopi, angkringan, perkantoran dan tentunya juga di dunia maya. Diskusi tentang siapa yang layak dipilih dan mengapa.
Tapi bagi saya, siapa sosok capres pilihan saya, sudah muncul sejak beberapa tahun yang lalu. Sejak terjadinya persaingan ketat, antara P. Jokowi dengan P. Prabowo. Pada saat melihat black campaign dan politik ketakutan dijalankan kedua belah pihak sama sengitnya. Sampai-sampai negara ini seperti terbelah jadi dua.
Sejak saat itu sudah mulai terbentuk dalam benak saya, sosok calon presiden yang saya inginkan.
Jadi kalau saya coba mengamat-amati, masa pemerintahan satu presiden ke presiden berikutnya, sepanjang hidup saya ini; saya melihat bahwa tiap presiden tentu memiliki satu warna tersendiri dalam pemerintahannya. Ada satu tema yang akan terasa menonjol dalam pemerintahannya. Tentu saja yang namanya pemerintahan itu kompleks dan mereka harus memiliki kebijakan untuk semua bidang yang ada (ipoleksosbud hankamnas), akan tetapi tetap tiap individu tentunya memiliki kecenderungannya untuk memprioritaskan salah satu (idealnya tanpa melupakan yang lain).
Masa pemerintahan P. Harto, kita kenal dia sebagai "Bapak Pembangunan". Prioritasnya adalah pembangunan dan atas nama pembangunan maka tangan besi pun digunakan. Lepas dari berhasil atau tidak, kita bisa meraba-raba, kira-kira apa prioritas beliau.
Masa pemerintahan P. Habibie, jelas sebagai presiden transisi, prioritasnya menyiapkan pesta demokrasi pertama setelah era reformasi.
Masa pemerintahan Gus Dur, maka yang tertangkap adalah konsolidasi status NKRI, hingga beliau terus menerus bergerak di dalam dan di luar negeri.Â