Mohon tunggu...
Trio Handoko
Trio Handoko Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Petani (Saham) Anak Petani (Sayur)

18 Agustus 2017   09:53 Diperbarui: 22 Agustus 2017   10:53 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lahir di pedalaman Lampung perbatasan Sumatera Selatan, lebih tepatnya di Kecamatan Balik Bukit. Termasuk kedalam wilayah Bukit Barisan yang menjulang dari sumatra paling timur sampai ke ujung paling barat, Aceh. Kami hidup dengan menanam berbagai macam sayuran, buah-buahan dan hasil perkebunan kopi, coklat, lada, jagung dan rempah-rempah lainnya. Hidup begitu indah, sampai-sampai bahkan sudah hampir 8 tahun sejak saya pertama kali dapat KTP hingga saat ini masih berat rasanya untuk pindah alamat domisil. 

Bapakku sudah menanam sayur-sayuran dan mengolah perkebunan kopi sejak aku belum lahir. beliau bukanlah orang yang ahli dalam berhitung namun bisa menghitung dengan teliti, bukan juga seorang ahli racik-meracik namun bisa membuat tanah yang sudah kodratnya subur menjadi semakin berkah. Sejak kecil pun aku sudah terbiasa ikut menanam, memupuk, menyiram dan memanen. 

Saya anak petani, saya juga ingin jadi petani. Setiap orang tua pasti selalu ingin anaknya menjadi lebih baik, tidak melulu soal harta, namun juga soal pengalaman, pemahahaman tentang makna hidup dan yang paling penting dari segi pendidikan agama karena tanpa keduanya manusia tak ubahnya manekin yang tak berjiwa. 

Setelah menyelesaikan pendidikan 6 tahun di Pondok Pesantren, langkah saya mantap untuk mengambil Jurusan Ekonomi Manajemen Pasar Modal di bilangan Jakarta Selatan. Walau berbeda dengan jurusan sewaktu SMA, saya anggap inilah yang disebut dengan tantangan. Pasar Modal sudah menjadi bahan pokok perbincangan yang sensitif terutama bagi masyarakat pesantren karena banyak menhandung nsur-unsur transaksi non-syariah. Lantas saya berfikir, sudah ada fatwa DSN MUI kok, selama kita masih memegang prinsip-prinsip dan mengikuti fatwa maka segalanya akan aman-aman saja. 

Saya sudah bergelut dengan dunia pasar modal sejak semester III di tempat kuliah hingga saat ini sudah bekerja. Sejauh yang saya rasakan adalah bagaimana prinsip yang sama digunakan dalam bertani saham. Prinsipnya adalah ketika kita menginginkan hasil panen yang bagus dengan modal yang ada dalam rentang waktu tertentu, bisa mingguan seperti sayur sawi, bulanan seperti kubis bahkan tahunan seperti kopi dan lada. Sebagai contoh saya menanamkan saham saya pada saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada kisaran harga 300 an, lalu saya coba rawat dan biarkan erkembang biak hingga saat ini di harga 690 an. memang bukan waktu yang sebentar, karena memang niatnya adalah menanam. 

Bagaimanapun. anak petani tetaplah anak petani, dan saya bangga. 

handoko 18/08/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun