Mohon tunggu...
Handoko Wirya
Handoko Wirya Mohon Tunggu... -

Kolom

Selanjutnya

Tutup

Film

Insidious: Chapter 2, Teror Roh Jahat Rasa Alien

27 September 2013   03:04 Diperbarui: 30 Oktober 2020   01:55 2037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat keluarga Lambert yang berjuang mendapatkan kembali anaknya yang terjebak di alam baka karena cengkeraman roh jahat? Ya, itu adalah film Insidious yang mengokohkan kembali James Wan sebagai sutradara handal spesialis horror. Film-film garapannya seperti Saw (2004) dan Dead Silence (2007) suskes menembus box office. 

Bahkan franchise film Saw dilanjutkan sampai dengan Saw VI dan Saw 3D, walaupun James Wan tidak satupun melanjutkan sebagai sutradaranya. 

Berkaca dari kekecewaan James Wan terhadap sekuel film Saw yang dianggapnya melenceng dari harapannya, bahkan orang-orang terlanjur menganggap bahwa semua franchise film Saw adalah garapannya, maka tidak butuh waktu lama baginya untuk langsung menerima tawaran produser Jason Blum untuk meneruskan sekuel Insidious. 

Padahal pasca Insidious, sutradara yang berasal dari Malaysia ini juga disibukkan dengan syuting film The Conjuring (2013), genre film yang kurang lebih sama dengan Insidious yaitu Supranatural Horror, hanya saja The Conjuring mengambil sisi dari pengalaman nyata pasangan suami istri Ed dan Lorraine Warren yang berprofesi sebagai paranormal investigators. 

James Wan sempat mengatakan jenuh dan ingin berhenti membuat film horror. Namun demi idealismenya agar film Insidious jangan sampai bernasib sama dengan sekuel film Saw, maka digaraplah Insidious: Chapter 2 sebagai film horror terakhir dari sang sutradara. 

Dalam Insidious: Chapter 2, diceritakan pasca terror yang dialami di rumah lamanya, Josh Lambert (Patrick Wilson) memutuskan untuk sementara membawa keluarganya tinggal di rumah ibunya yang adalah rumah masa kecilnya. Dalton ( Ty Simpkins ), anaknya yang dulu sempat dikuasai oleh roh jahat kini sudah kembali normal. 

Namun istrinya, Renai ( Rose Byrne ) merasa bahwa roh jahat masih mengikuti dan menganggunya. Piano berbunyi, baby walker berjalan sendiri dan si kecil Kali seperti diganggu oleh sosok yang menakutkan. 

Bahkan sosok itu mulai berani menampakkan diri dalam wujud seorang wanita paruh baya berbaju putih, bertampang seram dan menyerang Renai secara fisik. 

Lorraine (Barbara Hershey )-ibu Josh pun merasa berbagai keanehan yang dulu sempat dialaminya sewaktu Josh kecil tiba-tiba muncul kembali seiring datangnya Josh sekeluarga. Karena sang paranormal yang dulu membantu, Elise ( Lin Shaye ).

Sudah meninggal setelah menolong Dalton, maka Lorraine meminta tolong pada 2 orang asisten Elise yaitu Specs ( Leigh Whannell ) dan Tucker ( Angus Sampson ) serta mengajak Carl ( Steve Coulter ) yang adalah asisten Elise sewaktu dulu membantu Josh di masa kecil. 

Belakangan diketahui bahwa ketika Josh membawa kembali Dalton dari alam baka, "sesuatu" yang sangat jahat mengikutinya bahkan mengambil alih tubuh Josh sehingga Josh yang asli justru gantian terjebak di alam baka. 

Sadar bahwa seluruh anggota keluarga mulai mengetahui yang sebenarnya, Josh yang kini dikuasai roh jahat mulai berusaha membunuh satu persatu anggota keluarganya. 

Dibantu oleh Elise yang kini sudah ada di alam baka, mereka mencari tau alasan kenapa roh jahat tersebut tidak mau melepaskan keluarga Lambert dan berusaha mengembalikan Josh ke tubuhnya kembali. 

Dengan durasi 106 menit, James Wan tidak berlama-lama untuk membuat penonton mencengkeram erat kursi bioskop dari awal film sampai akhir. Resep yang sudah berhasil digunakan di Insidious kembali terasa di Insidious: Chapter 2. 

Suara-suara yang muncul dari ruangan kosong lalu tiba-tiba berhenti sendiri dan pindah ke ruangan lain,  benda-benda bergerak dan terlempar sendiri, suara bisikan orang, semuanya membuat penonton menahan nafas dan kemudian berteriak ketika tiba-tiba muncul sosok menyeramkan yg lewat di ruangan. 

Harus diakui, James Wan tahu betul bagaimana menjaga tensi ketegangan dan meledakannya di saat yang tepat. Rose Byrne tampil apik sebagai seorang istri yang tertekan menghadapi teror hantu yang tak berkesudahan. 

Aktris yang juga berperan sebagai agen CIA di film X-Men:First Class ini memang cocok memerankan sosok yang melankolis. Aktingnya mampu menutupi menutupi peran Patrick Wilson yang cenderung datar. 

Padahal dia tampil cukup bagus memerankan Ed Warren di The Conjuring. Penulis cerita, Leigh Whannell yang juga memerankan Specs tampil kurang "luwes" berpasangan dengan Tucker. Beruntung ada karakter Carl dan Elise yang mampu mengalihkan perhatian penonton, walaupun Elise muda yang diperankan oleh Lindsay Seim juga kurang menggigit. 

Selebihnya, Ty Simpkins dan Andrew Astor yang memerankan Dalton Lambert dan Foster Lambert, nampak hanya sebagai pelengkap yang hambar. 

Walaupun boleh dibilang sukses di pemutaran perdananya namun kalau dibandingkan dengan Insidious, Chapter 2 ini terasa "over" sekaligus "cemplang" alias kurang pas. 

Sebagai contoh, sosok arwah wanita penasaran yang menyerang Renai, dimunculkan terlalu cepat wujud aslinya dan terlalu nyata penampilannya. 

Alih-alih seharusnya terasa seperti melihat penampakan hantu yang membuat bulu kuduk berdiri, ini malah seperti melihat sosok wanita psycho yang tiba-tiba muncul dan berteriak-teriak. 

Ya memang sama-sama menyeramkan, tapi berbeda merindingnya. Belum lagi Josh Lambert yang tubuhnya dikuasai oleh roh jahat Parker Crane lebih mirip seperti Alien yang menginvasi tubuh manusia, menyamar dengan sempurna dan bersikap normal. 

Konsep roh jahat yang menguasai tubuh lebih masuk akal dan lebih menakutkan seperti yang dialami Carolyn Perron yang kerasukan setan Bathsheba dalam film The Conjuring yang juga disutradarai oleh James Wan.

The Bride in Black (sumber: hypable.com)
The Bride in Black (sumber: hypable.com)
Sound effect yang keras juga cenderung berlebihan dan mengganggu sehingga malah berasa kaget daripada takut. 

Apalagi judul "Insidious" di awal dan akhir film yang muncul tiba-tiba dengan suara keras, membuat menonton sekuel ini seperti bernostalgia dengan film-film horror tahun 90-an yang hanya mengandalkan sound effect untuk mengagetkan penonton. 

Satu hal lagi yang menurut saya fatal untuk sebuah film horor, yaitu humor berlebihan yang diselipkan oleh Leigh Whannell. Adegan antara Specs dan Tucker jatuh bertumpukan, dialog yang berniat melucu, sampai dengan kemunculan Tucker yang konyol di akhir cerita, terkesan mengada-ada dan menjadikan Insidious: Chapter 2 ini seperti horor komedi. 

Entah mungkin memang dimaksudkan untuk memecah ketegangan, tapi alhasil malah membuat rasa takut yang sudah dibangun dari awal menjadi hambar. 

Di sekuel ini James Wan seperti kehilangan gregetnya, tidak seperti yang mampu dia lakukan dengan halus di Insidious dan lebih menakutkan lagi di The Conjuring. 

Walaupun beberapa adegan seperti serombongan mayat berkerudung putih, penampilan The Bride in Black, sosok yang tak terlihat di dalam lemari, penampakan di rumah sakit, mampu sejenak membuat merinding namun secara keseluruhan Insidious: Chapter 2 ini seperti memperlihatkan puncak kejenuhan James Wan dalam membuat film horor. 

Namun nampaknya kesuksesan yang masih diraih film ini membuat Jason Blum tergiur untuk melanjutkannya ke sekuel yang ke-3 dan saat ini sudah masuk tahap persiapan. Bagaimana dengan James Wan? Dia tetap menolak meneruskannya tapi kita bisa menanti karyanya yang terbaru dalam Fast and Furious 7.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun