Sadar bahwa seluruh anggota keluarga mulai mengetahui yang sebenarnya, Josh yang kini dikuasai roh jahat mulai berusaha membunuh satu persatu anggota keluarganya.Â
Dibantu oleh Elise yang kini sudah ada di alam baka, mereka mencari tau alasan kenapa roh jahat tersebut tidak mau melepaskan keluarga Lambert dan berusaha mengembalikan Josh ke tubuhnya kembali.Â
Dengan durasi 106 menit, James Wan tidak berlama-lama untuk membuat penonton mencengkeram erat kursi bioskop dari awal film sampai akhir. Resep yang sudah berhasil digunakan di Insidious kembali terasa di Insidious: Chapter 2.Â
Suara-suara yang muncul dari ruangan kosong lalu tiba-tiba berhenti sendiri dan pindah ke ruangan lain, Â benda-benda bergerak dan terlempar sendiri, suara bisikan orang, semuanya membuat penonton menahan nafas dan kemudian berteriak ketika tiba-tiba muncul sosok menyeramkan yg lewat di ruangan.Â
Harus diakui, James Wan tahu betul bagaimana menjaga tensi ketegangan dan meledakannya di saat yang tepat. Rose Byrne tampil apik sebagai seorang istri yang tertekan menghadapi teror hantu yang tak berkesudahan.Â
Aktris yang juga berperan sebagai agen CIA di film X-Men:First Class ini memang cocok memerankan sosok yang melankolis. Aktingnya mampu menutupi menutupi peran Patrick Wilson yang cenderung datar.Â
Padahal dia tampil cukup bagus memerankan Ed Warren di The Conjuring. Penulis cerita, Leigh Whannell yang juga memerankan Specs tampil kurang "luwes" berpasangan dengan Tucker. Beruntung ada karakter Carl dan Elise yang mampu mengalihkan perhatian penonton, walaupun Elise muda yang diperankan oleh Lindsay Seim juga kurang menggigit.Â
Selebihnya, Ty Simpkins dan Andrew Astor yang memerankan Dalton Lambert dan Foster Lambert, nampak hanya sebagai pelengkap yang hambar.Â
Walaupun boleh dibilang sukses di pemutaran perdananya namun kalau dibandingkan dengan Insidious, Chapter 2 ini terasa "over" sekaligus "cemplang" alias kurang pas.Â
Sebagai contoh, sosok arwah wanita penasaran yang menyerang Renai, dimunculkan terlalu cepat wujud aslinya dan terlalu nyata penampilannya.Â
Alih-alih seharusnya terasa seperti melihat penampakan hantu yang membuat bulu kuduk berdiri, ini malah seperti melihat sosok wanita psycho yang tiba-tiba muncul dan berteriak-teriak.Â