Mohon tunggu...
Handoko Wirya
Handoko Wirya Mohon Tunggu... -

Kolom

Selanjutnya

Tutup

Politik

JK, Manuver Cantik Demokrat

3 Mei 2012   17:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:46 1646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_179074" align="alignleft" width="396" caption="Sumber: detikNews"][/caption] Mengikuti berita "Cowboy Palmerah" yang lumayan seru beberapa hari terakhir ini, membuat saya cukup gregetan. Untunglah, TNI AD cepat bertindak dan cukup fair menangani masalah itu. Lepas dari berita si Cowboy tadi, ada  yang tak kalah menarik yaitu berita tentang partai Demokrat yang melirik JK sebagai capres nya di 2014.  Sudah pasti berita kaya gini langsung disamber oleh para pengamat politik. Tidak tanggung-tanggung, diprediksi JK akan dipasangkan dengan Djoko Suyanto atau Pramono Edhie Wibowo.  Sipil dan militer, non Jawa dan Jawa, klop. Memang tidak salah dulu Demokrat bisa jadi besar dalam waktu singkat, walaupun di legislatif sering dikadalin oleh politikus partai lain yang lebih lihay, harus diakui Demokrat punya keunggulan yaitu tidak terburu-buru dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, khasnya pak SBY. Walaupun sikap seperti itu banyak dicemooh oleh orang, terbukti keputusan-keputusan politik pak SBY banyak yang jitu. Kenapa menurut saya itu adalah manuver yang cantik? Iseng-iseng jadi pengamat politik karbitan lah. Walaupun menyakitkan buat Demokrat, tapi harus diakui memang popularitas Golkar meningkat pesat sejak dipimpin oleh Aburizal Bakire ( Ical ), walaupun elektabilitas Ical belum tentu berbanding lurus dengan popularitas Golkar.  Sementara citra partai Demokrat malah terperosok sangat dalam karena berbagai kasus korupsi yang menerpa dan membuat masyarakat seakan jera dengan janji-janji Demokrat yang anti korupsi diawal kampanyenya. Jika pemulihan citra partai dirasa bakal sulit, maka satu-satunya cara untuk bisa survive adalah memecah kekuatan partai lain. Saya pernah survey kecil-kecilan dengan bertanya ke beberapa orang tukang kayu dan tukang bangunan yang saya anggap mereka bisa mewakili kalangan wong cilik.  Mereka pun menjawab jujur bahwa mereka kecewa dengan Demokrat walaupun mereka masih loyal dan mengagumi sosok SBY. Jadi untuk Pemilu sudah jelas mereka tidak akan mencoblos Demokrat lagi, tapi beralih ke Golkar yang mereka lihat mulai bersinar. Namun utk calon Presiden, mereka masih belum menemukan sosok yang tepat karena pak SBY sudah tidak bisa maju lagi menjadi Presiden. Jangan salah lho, walaupun mereka cuma berprofesi tukang tapi mereka cukup paham tentang kasus Lapindo. Itu sebabnya mereka enggan memilih Ical. Dan karena mereka dari Jawa, mereka masih mencari sosok orang Jawa yang pantas mereka dukung. Bagaimana dengan Megawati? Mereka menganggap ibu Mega sudah cukup diberi kesempatan sekali dan gagal. Ironis bukan, padahal wong cilik inilah yang diyakini PDIP masih menginginkan bu Mega menjadi Presiden lagi. Sosok lain adalah Prabowo yang mulai mereka pertimbangkan, walaupun belum yakin benar, entah kenapa. Yang mengejutkan, ketika saya tawarkan jika ada calon Presiden dari lingkaran keluarga SBY, mereka langsung bersemangat dan nampaknya lebih "sreg" dengan piilhan itu. Nama Ani Yudhoyono dan Pramono Edhie Wibowo saya coba sodorkan dan mereka nampak antusias karena menganggap sosok tersebut perwakilan SBY. Jadi kembali ke strategi Demokrat, menyandingkan JK-Pramono Edhie rasanya akan jadi Duet Dahsyat berikutnya setelah SBY-JK beberapa waktu yang lalu. Sudah jelas jika ini terjadi, konstituen Golkar akan tersedot cukup besar dan meninggalkan Ical. Melempar isu JK sebagai capres Demokrat ini pun sudah pasti akan membuat gempa dengan status siaga di internal Golkar. Pengikut JK yang mantan Ketua Umum dan mantan Wakil Presiden masih banyak yang loyal di internal Golkar, apalagi jika Akbar Tanjung ikut bergabung mendukung JK, maka rontok sudah mesin politik Golkar yang dibangun Ical dengan susah payah. Belum lagi faktor Surya Paloh yang juga masih punya banyak pengikut setia di Golkar. Jika Partai Nasdem tidak cukup kuat untuk mengajukan capres nya sendiri, maka bisa dipastikan dukungannya akan dialihkan ke yang lain asal bukan Ical, sang musuh bebuyutannya. Bisa dibayangkan seperti apa kocar-kacirnya Golkar kalau itu terjadi? Partai Demokrat tau diri  bahwa berbagai borok yang akhir-akhir ini membuat citra partai menjadi terpuruk sangatlah menyulitkan mereka untuk mengajukan capres dari internal partai. Pilihan menggandeng JK yang memiliki citra positif dan dikagumi banyak orang, adalah langkah pemulihan yang cepat. Tinggal dipasangkan dengan Pramono Edhie untuk meyakinkan masyarakat Jawa bahwa suara mereka terwakili. Yang masih menjadi pertanyaan, apakah wacana menjadikan JK sebagai capres Demokrat ini adalah murni strategi Demokrat untuk memecah internal Golkar dan mengangkat citra partai Demokrat ataukah ada campur tangan dari dalam kubu Pohon Beringin yang kita tau masih ada tokoh-tokoh seniornya yang sampai saat ini masih bersikukuh agar Golkar tidak mengajukan Ical sebagai satu-satunya capres Golkar tanpa melalui mekanisme partai terlebih dahulu entah itu konvensi ataupun survey. Bisa jadi memang isu JK sebagai capres Demokrat sengaja dibuat untuk membuat semua jajaran pengurus DPP, DPD tingkat I dan DPD tingkat II mau berpikir ulang dan bersedia mengakomodir keinginan dari Dewan Pertimbangan Partai Golkar. Walaupun Ical sendiri menyatakan siap untuk bersaing dengan JK seandainya JK dilamar Demokrat, tapi DPP dan DPD tingkat I yang selama ini ngotot menutup peluang calon lain selain Ical, tentu akan ketar-ketir suara Golkar akan rontok beralih ke JK. Kalo perkiraan ini benar, salut dan tepuk tangan untuk tokoh-tokoh senior tersebut yang memang tidak diragukan kepiawaiannya dalam berpolitik. Strategi siapapun wacana ini, yang jelas partai Demokrat lah yang akan tersenyum paling lebar dan pekerjaan rumah partai untuk persiapan di 2014 akan jauh lebih ringan jika satu pesaing potensial sudah layu sebelum berkembang. Kita tunggu saja lanjutan opera politik ini. Di sini gunung di sana gunung, di tengahnya pulau Jawa. Wayangnya nyebrang kampung, Dalangnya bingung, yang penting kita bisa ketawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun