Merdeka otomatis
Senada dengan judul yang terbandrol untuk tulisan ini, saya ingin menuliskan sedikit makna kemerdekaan dari sekelumit pandangan pemikiran saya. Kata 'merdeka', seperti yang sering kita pahami bersama, adalah hasil klimaks pencapaian perjuangan para pahlawan di masa lampau. Sehingga saat ini, setiap bayi yang dilahirkan otomatis sudah merdeka atau saya sebut merdeka otomatis.
Doktrin awal seperti di atas adalah secuil mozaik yang telah berhasil meracuni mental dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Bagai mana tidak? Dengan pandangan semacam itu, generasi yang terbangun di jaman ini adalah generasi pemalas dan bermental tempe. Memang tidak semua, namun kebanyakan seperti itu. Tengok saja berita seputaran generasi pemuda kita, sudah dapat dipastikan, tawuran pelajar, seks bebas, mabuk-mabukan, terlibat geng motor liar bahkan gemar nyontek di sekolah menjadi fenomena wajar saat ini.
[caption id="attachment_125023" align="aligncenter" width="320" caption="bagai luka menyayat sekujur tubuhku; tak kunjung kudapati obat itu."][/caption]
Sungguh kemerdekaan tak seharusnya dimaknai pada tataran itu. Salah kaprah yang terdoktrin pada setiap insan penerus bangsa itu bagai bom waktu yang siap meruntuhkan bangsa ini.
Saya menjadi berpikir ulang dengan kemerdekaan ini. Perayaan tahunan 17 Agustus sepertinya perlu dilakukan pengibaran bendera setengah tiang, sebagai pemantik semangat dan momentum pembangkit doktrin awal: Kita Sedang Pesakitan Kawan, mari kita berjuang mencari obat terdahsyat untuk negeri ini. meeRDEKAAA!!!
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H