Hai, Sobat Filmo! Siapa sih di sini yang ngga tahu film Doraemon? Inside Out? Atau Jujutsu Kaisen? Kalau kalian masih menganggap mereka hanya film kartun biasa, salah besar yaa! Yuk, kita simak perbedaannya!
Animasi adalah gambar bergerak yang sudah menggunakan komputerisasi dalam proses penciptaannya (Lingga, 2019). Akibat dari perkembangan zaman dan teknologi, terdapat peningkatan dalam pembuatan animasi, baik secara konvensional maupun secara digital. Sama seperti film live-action, animasi juga memiliki beberapa genre. Film animasi ini sangat memungkinkan menjadi media atau wadah animator (pembuat animasi) untuk berekspresi dan menunjukkan ciri khas pencipta di dalamnya. Bukan hanya audio-visualnya saja, namun beberapa film animasi di dunia memiliki perbedaan dari segi produksi hingga distribusinya. Maka dari itu, mari kita bahas!
Inside Out 2 (2024)
Film animasi garapan Pixar Animation Studios ini baru saja dirilis bulan Juni 2024 kemarin. Sama seperti film pertamanya yang tayang di tahun 2015, Inside Out 2 masih membawa penonton untuk menjelajahi kepala Riley (Kensington Tallman) yang sudah beranjak remaja. Para emosi seperti Joy, Sadness, Anger, Fear, dam Disgust saat ini sudah lancar bekerjasama di ruang kendali.
Melihat film yang berhasil mencapai 8 juta penonton, terdapat beberapa fakta dibalik pembuatan film animasi Inside Out 2, ini dia!
Animasi dengan genre fantasi dan komedi ini penuh dengan selingan tema pertumbuhan dan emosi. Dapat dilihat dari jalan ceritanya yang menggambarkan lima emosi dalam satu tempat, kepala Riley, film ini tentu akan menyentuh hati penonton karena cerita yang relatable dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan hasil yang sedemikian rupa, tim produksi Inside Out 2 rupanya melakukan konsultasi dengan beberapa gadis remaja dari California, Washington, dan Louisiana. Usia mereka sekitar 13 hingga 16 tahun saat produksi dimulai pada 2021 (Liputan6.com, 2024). Selain itu, pembuatan film ini juga dibantu dengan konsultasi dengan seorang psikolog, Dr. Dacher Keltner, untuk membangun karakter Envy (iri hati). Mengingat film ini menggunakan karakter-karakter emosi dalam diri manusia remaja yang memang harus dibuat sangat akurat dan relevan supaya penonton juga dapat merasakan emosinya.
Tim produksi membahas beberapa tantangan teknis yang terdapat aspek pengaturan karakter, partikel dan rambut karakter, serta volume rendering. Berbeda dengan film pertamanya yang dibuat dengan RenderMan Reyes, Inside Out 2 menggunakan RIS RenderMan, kerangka RenderMan yang lebih baru.Â
Dikutip dari Detik.com (2024), RIS merupakan model konservasi energi, sehingga dalam beberapa hal akan lebih sulit untuk menghasilkan tampilan dalam RIS dibanding Reyes sebelumnya. Peran RIS di sini sebagai "seniman digital" yang mengubah model-model 3D menjadi gambar bergerak yang indah dan hidup.
2. Stand by Me Doraemon (2020)
Dilansir dari Kincir.com, film animasi Stand by Me Doraemon 2 ini terinspirasi dari beberapa kisah Doraemon, antaranya Grandma's Memories, film pendek Doraemon: A Grandmother's Recollections (2000) dan The Day When I Was Born (2012). Film ini merupakan kelanjutan dari film sebelumnya yang dirilis pada tahun 2014. Diawali dengan Nobita yang menemukan boneka tua dari neneknya, lalu karena rasa rindu ia meminta bantuan Doraemon untuk menjelajahi waktu untuk dapat bertemu dengan sang nenek. Tak disangka, rupanya sang nenek mengungkapkan bahwa ia ingin melihat calon istri Nobita.Â
Film yang mengisahkan perjalanan Nobita ini menjadi film animasi terlaris keenam pada 2020 dan total pendapatan mencapai 65,2 juta dolar (sekitar Rp 952 miliar). Dibalik kesuksesannya, Stand by Me Doraemon 2 dibuat oleh dua orang sutradara, yakni Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki dan pengerjaan film ini dilakukan oleh tiga studio animasi dan visual effect di Jepang, antara lain Shirogumi Inc, Robot Communications, dan Shin-Ei Animation. Yang membedakan animasi Doraemon dengan lainnya adalah detail yang sangat tinggi, mulai dari tekstur pakaian hingga ekspresi wajah. Gerakan yang natural dan sangat halus menghidupkan karakter terlihat seperti benar-benar hidup. Ekspresi wajah yang ekspresif dan suara yang khas dari setiap karakter juga menjadikan ciri khas tersendiri untuk film ini.