Tentu Ganjar masih sangat berharap, ia akan diusung oleh partai yang membesarkannya selama ini. Karenanya gerak-gerik Ganjar tampak begitu sangat hati-hati.
Kecermatan langkahnya bahkan ia tunjukkan ketika merespon pencalonan dirinya sebagai calon presiden, yang diusung Partai Solidaritas Indonesia beberapa waktu lalu.
Ganjar menegaskan masih akan berfokus menuntaskan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Jawa Tengah, dan belum mau memikirkan rencana-rencana berikutnya.
Ia seolah tak ingin buru-buru berlayar sekalipun kandidat pesaingnya, Anies Baswedan, sudah lebih dulu mengangkat sauh dan membentangkan layar.
Selain itu pula yang dibutuhkan Ganjar adalah sekoci besar yang mampu membawanya berlayar dengan aman, bukan sekumpulan anak ayam yang ingin ikut menyebrang, namun tak tahu caranya berenang. Setidaknya itu yang dibaca masyarakat dalam menanggapi "kegenitan" PSI terhadap Ganjar.
Kita semua tentu mendorong kandidat-kandidat seperti Ganjar untuk bisa muncul dan masuk ke dalam kontestasi Pilpres, tanpa harus terganjal oleh mekanisme internal partainya sendiri.
Membayangkan kehadiran Ganjar pada Pilpres 2024 mendatang, mempertengkarkan ide dan gagasannya melawan Prabowo serta Anies Baswedan. Agaknya akan menjadi suguhan intelektual bergizi bagi masyarakat, yang selama ini mulai jenuh dengan kuis nama-nama ikan.
Akan tetapi kita juga harus bersiap, jika segala sesuatunya berakhir anti-klimaks. Karena bisa jadi langkah Ganjar benar-benar terganjal di rumahnya sendiri.
Sementara sekoci politik yang pada mulanya masih kosong, sudah terisi penuh oleh orang-orang terpilih dari suatu jamuan makan siang, yang kita tahu tak pernah gratis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H