Olivier Giroud yang musim ini dipercaya meneruskan estafet seragam penuh takhayul itu, sukses menjalankan perannya tanpa harus menjadi "keinzaghi-inzaghian".
Sebagai sesama penyerang, Giroud tampak sadar ia tak sebrilian Inzaghi dalam memancing keberuntungan. Karenanya ia rela berkompromi pada skema tim dengan tetap menjadi dirinya sendiri.
Hasilnya pelan-pelan mulai terlihat, gaya bermain Milan kian cair dan amat kekinian. Ketiadaan penyerang murni di lini depan Milan, justru membuat banyak pemain dari sektor lain leluasa melakukan serangan dan berlomba-lomba mencetak gol.
Tantangannya, Milan kini dihadapkan pada usia para penyerangnya yang kian uzur. Ibrahimovic sudah berkepala 4, sementara Giroud sendiri telah genap berusia 35. Keduanya bahkan sering bergantian absen akibat cedera.
Jika tak ingin tren menanjaknya terhenti, Milan perlu segera memperbarui komponen-komponennya yang mulai usang, dengan otak dan tenaga baru yang lebih segar.
Melakukan pemrograman ulang penyerang nomor 9 ialah langkah awal yang baik bagi Milan. Namun itu tak serta-merta cukup menjadikan mereka lebih unggul dari lawan-lawannya di masa depan.
Butuh sesuatu yang lebih radikal namun tetap rasional, supaya di masa depan mereka bisa menjelma kembali sebagai Setan Merah yang bangkit dari kegelapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H