Tahun 2029 diproyeksikan porsi sekitar 10 persen dari suplai daging secara global, akan dipenuhi oleh daging jenis nabati ini. Selain menawarkan daging yang lebih sehat, daging jenis ini juga memangkas kebutuhan energi dan emisi gas kaca yang dihasilkan industri peternakan.
Perusahaan asal Amerika Serikat, Beyond Meat, menjadi pionir dalam pengembangan plant-based meat di seluruh dunia. Perusahaan ini bahkan telah sukses mencatatkan IPO perdananya dengan nilai yang sangat fantastis sebesar 1.5 miliar dolar.
Hanya butuh 3 bulan lamanya bagi Beyond Meat, untuk mencatatkan valuasi perusahaannya menjadi $ 13 miliar dolar. Sebuah bukti bahwa industri jenis ini memiliki prospek yang sangat cerah di masa depan.
Pesatnya teknologi di bidang industri pangan ini harus pula diikuti oleh kecepatan regulasi yang tepat sasaran. Tahun 2020 lalu Singapura menjadi negara pertama yang menyetujui dipasarkannya daging buatan (baik yang berupa plant-based, maupun yang dihasilkan oleh laboratorium), sekaligus membuat regulasi yang melindungi masyarakatnya dari kemungkinan dampaknya bagi kesehatan.
Indonesia sebagai negara agraris, semestinya bisa segera mengambil peran dalam proyek ketahanan pangan masa depan berbasis teknologi ramah lingkungan.
Lahan dan sumber daya alamnya melimpah, ditopang pula dengan iklim dan cuaca yang bersahabat. Tinggal bagaimana kesadaran ini bisa sampai kepada para elit dan politisi yang menentukan arah kebijakan pangan kita di masa depan.
Negeri ini memerlukan lebih banyak orang yang bergetar hatinya dalam membaca gejala alam, namun tetap setia pada jalur-jalur yang disarikan ilmu pengetahuan. Kita tak bisa berdiam dan hanya berserah pada seleksi alam.
Terkecuali kepunahan adalah bagian dari yang hendak kita cita-citakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H