Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bisakah Teknologi Membuat Ketahanan Pangan dan Ketahanan Planet Bergandengan?

11 Februari 2022   09:43 Diperbarui: 16 Februari 2022   09:55 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye mengenai metode pertanian baru juga perlu didorong. Pertanian vertikal misalnya, metode ini bisa dengan sangat signifikan mengurangi kebutuhan lahan serta pemakaian air bersih. Sehingga jika metode ini diskalakan secara lebih masif, hitung-hitungannya bisa mencapai 390 kali lebih produktif per meter persegi luas lahan pertanian konvensional yang sama.

Sektor peternakan juga tak kalah menantang. Selama ini hampir sepertiga luas lahan pertanian yang ada saat ini, peruntukannya adalah untuk pangan hewan-hewan ternak.

Semakin kita hendak menggenjot produksi ternak, baik itu berupa daging maupun susu. Artinya kita membutuhkan lebih banyak lahan untuk memberi makan hewan-hewan yang kita ambil manfaatnya.

Membuka lahan baru, berarti menambah lagi kebutuhan pasokan air dan energi. Yang bersamaan dengannya juga, akan menghasilkan emisi baru yang lebih besar.

Jika kita tetap bertahan dengan apa yang kita lakukan hari ini, kepunahan manusia bisa datang lebih cepat karena bumi keburu kolaps.

Ada dua solusi yang bisa menggantikan kebutuhan manusia terhadap produk ternak, pertama ialah memaksa semua orang berubah menjadi vegan. Tetapi opsi ini jelas tak disukai semua orang. Karenanya ilmuwan bekerja keras untuk menghadirkan opsi yang kedua, yakni memproduksi "daging buatan".

Kita jangan membayangkan daging buatan seperti daging yang dibuat dari tepung-tepungan dan sejenisnya. Bukan seperti itu. Daging buatan yang saya maksudkan di sini adalah daging yang proses produksinya dihasilkan dari laboratorium.

Terdengar sophisticated memang, tapi begitulah masa depan pangan tengah dibangun sejak hari ini. Para ilmuwan telah berhasil memproduksi daging yang dihasilkan dari proses pengayaan sel hewan.

Tentu teknis pembuatannya tak bisa saya jelaskan di sini. Beberapa tahapan proses di dalamnya, seperti memasukkan asam amino ke dalam sel, mengubahnya menjadi jaringan otot, hingga memodifikasi struktur nutrisinya, bahkan masih gelap dan mengawang-awang dicerna oleh saya.

Maka sebelum melompat jauh ke sana, terlebih dahulu kita bisa melihat apa yang sudah tersedia hari ini. Daging buatan yang berbasis pada bahan-bahan nabati, saat ini mulai dilirik sebagai alternatif daging sungguhan. Anak-anak Jaksel menyebutnya dengan istilah "plant-based meat".

Konon, daging ini memiliki rupa dan rasa yang mirip dengan daging sebenarnya. Hanya saja secara nutrisi, daging ini mengandung takaran gizi dari bahan dasar pembuatnya, yakni tumbuhan. Kabar baiknya, restoran cepat saji Burger King bahkan telah secara rutin memasok daging jenis ini sebagai bahan baku di beberapa menu mereka. Beberapa restoran skala global lain, kabarnya juga akan menyusul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun