Godaan popularitas dan iming-iming keuntungan finansial, nyatanya membuat Juventus merekayasa ulang orbit tradisi mereka sebagai satu kesatuan tim.
Dengan segala pesona kebintangannya, mulai musim 2018-2019 Ronaldo seolah diizinkan melakukan apapun di Juventus, termasuk mengubah sendiri bagaimana semesta Juventus bekerja.
Seketika Juventus diubah menjadi taman bermain yang nyaman bagi Ronaldo seorang. Beberapa pemain yang tak mampu menopang Ronaldo, dipersilahkan menyingkir.
Yang terlihat secara kasat mata tentu adalah Higuain dan Mandzukic. Keduanya dipaksa angkat kaki dengan perpisahan yang tak beretika. Namun yang paling jelas terdampak oleh kedatangan Ronaldo. Jelas, Dybala.
Produktivitas Dybala sangat jauh menurun, performanya dikritik, bahkan kemampuannya dipertanyakan oleh banyak orang. Dalam sekejap, Dybala menjadi medioker di dalam skema Ronaldoventus.Â
Namun kematangan mental, membuat Dybala tak terhenti oleh keputus asaan. Sesekaling ia memang terlihat kekanak-kanakan, emosional dan sedikit egois. Tetapi tak seperti yang kerap diperlihatkan oleh Ronaldo, Dybala jarang menunjukkan kefrustrasiannya.
Saat Juventus tertinggal, Dybala tahu bagaimana semestinya ia bersikap. Sekecil apapun ia bereaksi mengiyakan keletihannya, itu sama artinya dengan mengajak rekan-rekannya yang lain untuk berhenti berjuang.
Dybala tahu betul atas beban yang tengah dipikulnya di Juventus. Sebab pada punggungnya, tertera nomor paling sakral bagi seluruh pesepak bola di muka bumi. Nomor sepuluh. Nomor sang pemimpin. Sesuatu yang tak mampu dipikul oleh Ronaldo, sepanjang ia berkarir di Juventus.
Musim ini, Ronaldo sudah tak lagi mengenakan seragam yang sama. Ia pergi meninggalkan taman bermainnya yang sudah membosankan dalam kondisi porak-poranda. Juventus untuk sekali lagi harus melewati fase sebagai tim yang ringkih, serta rapuh.
Tak banyak yang tersisa dari Juventus sebelum ketibaan Ronaldo. Kepercayaan diri pemain mendadak hilang, kolektifitas permainan juga tak tahu ke mana perginya. Semua lenyap begitu saja. Cuma tinggal beberapa pemain tua yang tengah berusaha keras mengingat-ingat, bagaimana bentuk Juventus yang pernah sangat menakutkan dulu.
Komando yang saat ini dipegang kembali oleh Allegri, dibebankan misi nyaris mustahil untuk membangun ulang Juventus, sebagaimana Allegri pernah membangun Juventus pertama kali.