Pancasila adalah tanda kesatuan (sign of unity) dan Pancasila juga dikukuhkan sebagai wawasan politik atau dasar negara. Oleh karena itu, sikap peduli dan kemauan keras untuk membangun nasionalisme yang kokoh kuat sangat diperlukan bangsa ini untuk menangkal segala bentuk paham yang menyesatkan itu. Tindakan Tangkal Awal -- Tanggap Awal -- Cegah Awal harus selalu disiagakan untuk melakukan tindakan early warning and early detection yang kita pahami sebagai peringatan lebih dini dan kemampuan mendeteksi lebih dini akan segala sesuatu yang keinginannya adalah mengubah ideologi Negara Republik Indonesia, seperti EKA dan EKI.
Sedangkan ELA itu contohnya adalah Westernisasi (masuknya paham barat yang bisa merusak moral bangsa, seperti: gaya hidup masyarakat yang lebih konsumtif dan mereka yang lebih menyukai segala sesuatu yang sifatnya instan).Â
Hal itu jelas-jelas menunjukkan kurangnya semangat mencintai budaya bangsa sendiri. Liberalisme, merupakan bentuk ancaman terhadap ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi, dan kapitalisme yang merupakan perluasan dari paham kebebasan sehingga bisa berakibat 'kebablasan'.Â
Kalau dikatakan Indonesia menganut politik bebas-aktif itu bukan lalu bersikap netral melainkan politik luar negeri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri secara apriori pada kekuatan dunia.
Munculnya EKA dan EKI sebagai Dampak Globalisasi
Problem pokok yang kini harus diwaspadai dan ditangkal sedini mungkin adalah intoleransi, utamanya adalah intoleransi keberagamaan sebagaimana kita ketahui bersama, intoleransi adalah sikap abai atau rasa ketidakpedulian terhadap eksistensi orang lain. Hal ini sangat membahayakan keutuhan bangsa, rawan terjadinya konflik ras, antarsuku dan atau agama.Â
Minimnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga menghambat pemerataan. Seseorang yang memiliki sikap intoleransi cenderung lebih mudah merendahkan orang lain, tidak bersedia mendengarkan orang lain, maunya hanya didengarkan saja. Orang-orang semacam ini harus segera dilibas tuntas supaya tidak semakin meluas diberbagai daerah dan nantinya pasti sulit dikendalikan.
Kini konflik sudah mengarah ke disintegratif, kekerasan terjadi di mana-mana. Oleh karena itu, perlu rejuvenasi (mencerahkan) semboyan Bhinneka Tunggal Ika, nasionalisme harus tetap dijaga baik di dalam negeri apalagi di mata internasional.Â
Mari kita tangkal intoleransi dengan Bhinneka Tunggal Ika, sebab bagaimanapun juga damai itu lebih indah, buat apa EKA -- EKI -- ELA, bisa-bisa ketiganya itu mengancam wibawa bangsa dan negara, memperlemah sendi-sendi perekonomian dan yang jelas intoleransi menjadi marak, semakin tumbuh subur. Â Sebagai penutup tulisan ini penulis dengan tegas menyatakan: 'Jangan beri tempat EKA -- EKI -- ELA di bumi pertiwi!'
Jakarta, 30 Nopember 2022
Salam penulis:E.Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia-tyasyes@gmail.comÂ