Mohon tunggu...
E HandayaniTyas
E HandayaniTyas Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

BIODATA: E. Handayani Tyas, pendidikan Sarjana Hukum UKSW Salatiga, Magister Pendidikan UKI Jakarta, Doktor Manajemen Pendidikan UNJ Jakarta. Saat ini menjadi dosen tetap pada Magister Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Usik Pancasilaku

6 November 2022   19:19 Diperbarui: 6 November 2022   19:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tegas penulis katakan kepada siapapun dan kapanpun, karena siapapun yang berani mengusik Pancasila berarti ia bukan Warga Negara Indonesia (WNI) yang baik dan benar. 

Berbuat sentimen, iri dan dengki kepada seseorang, kelompok, agama, suku, ras dan organisasi tertentu akan membawa kita ke sikap yang intoleran. Berawal dari dipunyainya sikap intoleran pasti akan tumbuh subur sikap radikal yang salah (jahat) kepada sesama manusia. Ini adalah embrio dari terorisme dan ini benar-benar tidak ada tempat di bumi Indonesia tercinta.

Sikap teror-menteror dan menghakimi sesama manusia, merasa paling benar dan yang lain semua salah adalah sikap tidak terpuji karena maunya menang sendiri. 

Kalaupun kita tidak berada pada iman atau keyakinan yang sama, kita adalah sama-sama manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Potensi intoleransi terhadap kelompok yang tidak disukai cenderung memantik pertikaian. 

Oleh karena itu, antisipasilah sedini mungkin gerakan radikalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saling menyudutkan, mencari-cari kesalahan pihak lain sebagaimana kita saksikan bersama gencarnya hasutan lewat sosial media (merupakan 'senjata baru') yang sangat ampuh.

            Sedangkan rumusan Pancasila itu sudah tepat, mari kita bela, amankan dan amalkan disetiap kehidupan yang kita jalani dari hari ke hari; yakni:

  • Ketuhanan Yang Maha Esa.
  • Kemanusiaan yang adil dan beradab.
  • Persatuan Indonesia.
  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ke lima Sila tersebut di atas sudah cocok dengan pola kehidupan rakyat Indonesia, sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk kaum intoleran masuk dan menyelinap ke dalam nya.

Jadi dengan tegas penulis katakan, jika ada sebagian orang/golongan yang masih gemar mengusik Pancasila perlu diragukan ke-Indonesiaannya. Dengan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa pada Sila pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. 

Indonesia adalah negara yang dihuni oleh masyarakat majemuk dan hidup di lingkungan masyarakat yang beragam suku-agama-ras-adat-istiadat justru harus disyukuri, karena merupakan kekayaan dan anugerah luar biasa yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Hidup serasi -- selaras -- seimbang menjadikan masyarakat Indonesia harmoni, rukun, guyup itu sangat penting diwujudnyatakan sebab tak lama lagi kita mencapai Indonesia Emas. 

Bukankah di usianya yang sudah 77 tahun ini ibarat manusia sudah mencapai masa usia matang dalam berpikir dan bertindak. Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun  (satu abad). Semoga Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya.

Memang tidak mudah menyatukan sesuatu yang berbeda, tapi berikut ini penulis memberikan contoh yang mudah dan ada di depan mata, yaitu: tangan kita, yang kiri dan yang kanan, masing-masng tangan dilengkapi dengan jari-jari yang baik bentuk maupun besarnya berbeda begitu pula dengan fungsinya. 

Mereka memiliki fungsi yang berbeda-beda, misalnya ibu jari, ia sering diacungkan dan diiringi dengan pernyataan hebat. Namun, sehebat apapun ia, pasti tidak dapat bekerja sendiri untuk mengambil atau memindahkan barang jika ia tidak dibantu oleh jari-jari yang lain. Begitu juga dengan ke dua kaki kita, ia tidak sama bentuknya tapi bisa bekerja sama dan akhirnya bisa melangkah maju.

Menuju Indonesia Emas

Kiranya sungguh tidak elok bila ada di antara kita yang masih ribut soal konflik Suku-Agama-Ras-Adat-istiadat (SARA); tengoklah negara tetangga di kiri-kanan kita (RRT, Jepang, Korea, dan lain-lain) mereka sudah memikirkan dan membuat lompatan-lompatan besar di dunia dan bahkan luar angkasa. 

Apakah kita masih senang berselisih dan berkutat pada pertikaian antar sesama? Anak kembar-pun belum tentu memiliki karakter dan kepribadian yang sama. Mengapa perbedaan dibesar-besarkan dan dicari-cari celah kekurangannya? Pancasila adalah titik temu -- titik tumpu dan titik tuju sebagaimana Bapak Yudi Latif utarakan.

Mari kita dukung Indonesia menjadi bangsa yang cinta damai. Bersama kita ikut mewujudkan Indonesia yang berasaskan tunggal Pancasila sebagai dasar negara. Menyatakan dengan tegas bahwa: Perusak NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tidak boleh dibiarkan! Kita Indonesia -- Kita Pancasila. 

Implementasikan Nilai-Nilai Pancasila agar segera terwujud cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang sudah lama diperjuangkan. Sebagai WNI yang baik dan benar mari kita junjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan.

Jakarta, 6 Nopember 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia-tyasyes@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun