Ada dua kata penting dalam pembahasan ini, yakni:
Kata gamang atau kegamangan muncul karena wabah covid-19 yang melanda dunia. Pandemi global yang berlangsung sejak bulan Maret 2020 hingga kini, hampir dua tahun lamanya manusia hidup dalam kecemasan, ketakutan, keterbatasan dalam gerak dan aktivitas membawa dampak serius di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan dan nyaris melumpuhkan roda kehidupan.
Tahun ajaran baru yang dimulai sajak bulan Juli yang lalu, disambut dengan melonjaknya korban korona di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kini pandemi covid-19 sudah melandai secara angka, bahkan DKI Jakarta sudah dinayatakan sebagai zona hijau.Â
Hari ini, tanggal 30 Agustus 2021 sudah banyak sekolah yang diijinkan untuk menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dan dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Anak-anak pun menyambut gembira karena mereka bisa ketemu dengan guru dan teman-temannya yang sudah sekian lama tidak bersua.
Pemberian vaksin kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terus digencarkan, agar semua segera memperolehnya. Anak-anak usia 12 -- 18 tahun juga menerima vaksin. Mahasiswa juga diprioritaskan untuk di vaksin namun, kampus tetap belum menyelenggarakan perkuliahan secara luring.Â
Berarti Perkenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) harus tetap digelar secara daring lagi tahun ini. Kegiatan perkuliahan tetap akan diselenggarakan secara on line karena rupanya belum memungkinkan untuk menggelar secara off line.Â
Banyak cara telah dilakukan untuk melakukan perkuliahan secara campuran (blended learning), yang penting pembelajaran tetap bisa berlangsung menyenangkan dan efektif.
Sekalipun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinyatakan diperpanjang lagi sampai dengan tanggal 6 September 2021, semua itu dilakukan pemerintah demi menjaga keselamatan seluruh rakyatnya.Â
Dengan badan yang sehat kita bisa melakukan semua kegiatan dengan lancar, melangsungkan kegiatan belajar mengajar dengan baik, bersemangat, dan terjadi interaksi interpersonal seperti dulu-dulu lagi sebelum pandemi covid-19. Keadaan demikian sangat dirindukan dan dinanti-nantikan semua orang.Â
Mas Menteri Nadiem A. Makarim pun menyatakan bahwa kita tidak bisa terus menunggu hingga pandemi covid-19 ini tidak ada. Oleh karena itu, setelah melalui pengkajian yang cermat dan tarik ulur diselenggarakannya PTM terbatas akhirnya Pembelajaran Hibrida dimulai hari ini.
Sebagai orangtua wajar kalau ada yang merasa was-was dan gamang untuk mengijinkan putera-puterinya ke sekolah. Apalagi untuk mereka yang tingkat SD, anak-anak itu sudah diproteksi sedemikian rupa di rumah oleh para orangtua dan diatur dengan ketat di  sekolah oleh para gurunya, semoga PTM bisa berlangsung dengan aman, karena bagaimanapun juga diakui oleh Mas Menteri bahwa interaksi antara pendidik dan peserta didik di kelas dan di lingkungan sekolah tetap lebih seru dan menarik.Â
Tatap muka langsung bisa mengamati gestur, mata, perilaku secara langsung, sehingga membuat situasi lebih hangat, akrab, karena ada sentuhan-sentuhan kasih di dalamnya.
Peran pendidik tidak serta merta dapat digantikan dengan teknologi, kita harus ingat bahwa teknologi hanyalah alat. Komitmen, kreativitas dan kepedulian pendidik akan menunjukkan perbedaan dalam pengalaman belajar jarak jauh bagi peserta didik.Â
Memang laboratorium pun bisa digelar secara virtual, apa sih yang tidak bisa dikerjakan di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini? Semua pasti akan dapat diatasi bagi mereka yang mau belajar dengan rajin dan tekun.Â
Sekalipun sekolah telah menggelar PTM mulai hari ini namun, sekolah masih berkewajiban menyelenggarakan PJJ sehingga proses belajar tetap berjalan efektif. Bangsa yang maju adalah bangsa yang menaruh kepedulian pada pendidikan.
Kurangi rasa gamang
Berbagai peraturan telah ditetapkan pemerintah, patuhi protokol kesehatan dengan disiplin, tak henti-hentinya bapak Jokowi mengingatkan bahwa kita wajib pakai masker. Ingat risiko penularan covid-19 dari cluster persekolahan, waspada itu penting terlebih baik menjaga daripada mengobati.Â
Risiko penularan di suatu daerah bersifat sangat dinamis, bisa berubah dengan cepat menjadi memburuk atau membaik. Itulah sebabnya sekalipun semua ketentuan telah dipatuhi, toh ijin dari orangtua untuk anaknya ke sekolah tetap menjadi kata kunci. Repotnya kalau harus terjadi ada orangtua yang tetap tidak mengijinkan anaknya ke sekolah.Â
Surat persetujuan dari orangtua/wali merupakan salah satu dokumen tertulis yang memperbolehkan atau tidak memperbolehkan peserta didik mengikuti PTM/Praktik di sekolah.
Kekhawatiran masih dirasakan para orangtua yang melepas anaknya ke sekolah di masa pandemi covid-19 ini, karena anak-anak cenderung tidak paham arti pentingnya protokol kesehatan, malas pakai masker, menjaga jarak aman secara fisik yang harus terus-menerus diingatkan. Inilah hal-hal dilematis yang harus dicari jalan keluarnya.Â
Pantaslah kalau masih ada orangtua yang sangat mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Pihak sekolah juga harus benar-benar menjalankan Standart Operating Prosedure (SOP). Terjalinnya kolaborasi dan komunikasi yang baik antara guru dan ortu niscaya akan mengurangi rasa khawatir itu.
Keselamatan jiwa manusia penting, mencerdaskan manusia juga penting karenanya mari kita dukung usaha yang dilakukan pemerintah dengan memulai menyelenggarakan PTM, membuka kembali sekolah-sekolah yang sekian lama ditutup.Â
Diharapkan dengan kembali belajar di sekolah anak dapat memahami pembelajarannya dengan lebih baik, bisa bersosialisasi dan tidak merasa terkungkung yang berakibat buruk pada kesehatan fisik dan psikhisnya.Â
Sebagai pendidik, penulis juga merindukan keceriaan anak-anak kembali seperti semulia, meraih prestasi gemilang, mengejar cita-cita, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa.
Jakarta, 30 Agustus 2021
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia -- tyasyes@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H