Mohon tunggu...
Dihandayani
Dihandayani Mohon Tunggu... Wanderer. Lecturer by Job -

I read. I write. I think. I learn. Saya juga ngeblog di http://dihandayani.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bagaimana Cara Jadi Pahlawan Indonesia?

23 Agustus 2018   10:13 Diperbarui: 23 Agustus 2018   10:23 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Investasi portofolio contohnya adalah ketika investor asing membeli Surat Berharga Negara atau SBN. Sebagai salah satu instrumen pembiayaan APBN, semakin banyak yang berminat membeli SBN, semakin besar peluang Pemerintah menutup defisit untuk membiayai kebutuhan pembangunan. 

Masuk dalam APBN berarti selanjutnya akan dikeluarkan untuk pengeluaran-pengeluaran Pemerintah seperti belanja rutin, belanja modal, belanja sosial, atau transfer ke daerah. Sama, menciptakan pendapatan juga bagi rekanan Pemerintah yang menyediakan bahan baku; melaksanakan konstruksi proyek; serta menyediakan fasilitas penunjang, contoh mudahnya, catering.

Namun investasi portofolio rentan pembalikan modal asing. Karena dalam bentuk surat berharga yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, maka asing yang sedang ingin memperoleh modalnya kembali karena ada peluang investasi yang lebih menguntungkan akan serta merta menjual kepemilikan surat berharganya. Aksi jual tersebut jika terjadi secara masif akan menurunkan harga surat berharga negara yang berdampak pada kredibilitas pemerintah. Tidak berhenti di situ, dampaknya merembet ke berbagai indikator stabilitas perekonomian.   

Lalu apa yang dapat kita lakukan? 

Kekhawatiran pembalikan modal timbul ketika kepemilikan SBN didominasi asing. Oleh karena itu pendalaman pasar domestik perlu digiatkan. Minimal ada dua cara kita dapat berkontribusi pada pembangunan. Yang pertama dengan membayar pajak. Yang kedua dengan membeli surat SBN ritel.

Kenapa menyasar investor ritel? Menurut insight yang saya peroleh dari teman yang membidani Obligasi Ritel Indonesia (ORI) -- salah satu instrumen SBN ritel -- pada tahun 2006, karena investor ritel umumnya buy and hold. Mereka jarang terpengaruh perilaku trading asing yang berorientasi mencari untung, jual saat harga melemah, dan beli saat harga menguat. Kenapa tidak mengandalkan investor korporasi domestik, padahal duit mereka lebih banyak? Karena korporasi pun profit oriented dan cenderung ikut-ikutan perilaku asing.

Selain itu pemerintah pun ingin supaya tidak hanya asing yang menikmati keuntungan investasi di surat berharga yang diterbitkan. Dengan menawarkan instrumen ritel maka keuntungan investasi dapat dinikmati pula oleh investor lokal warga negara Indonesia. 

Dengan semakin luasnya basis investor domestik, akan semakin rendah kepemilikan surat berharga negara oleh asing, berikutnya akan menurunkan risiko volatilitas harga surat berharga yang diterbitkan pemerintah.

Tepat sekali waktunya, saat ini pemerintah sedang menawarkan SBR004, SBN ritel berjangka waktu dua tahun yang dapat dimanfaatkan warga untuk berinvestasi. 

Dengan minimal pembelian 1 juta rupiah, kita dapat menikmati keuntungan berinvestasi dengan tingkat kupon 8,05 persen per tahun yang dibayarkan setiap bulan. 

Tingkat kupon tersebut merupakan kupon minimal karena SBR004 menawarkan kupon floating atau berubah-ubah mengacu pada BI 7-days Reverse Repo Rate (7DRRR) plus 255 bps atau 2,55 persen. Dengan kata lain, tingkat kupon yang diterima investor bisa saja naik jika 7DRRR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia juga naik. Apa sih 7DRRR bisa dibaca di laman BI.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun