Dari beberapa tipe keluarga, saya membagi keluarga dalam 2 macam. Pertama, tipe keluarga dengan budaya `sekolahan`. Kedua, tipe keluarga dengan budaya perusahaan.
Keluarga dengan `isi` budaya ala sekolah, biasanya hubungan antara Orang Tua, ataupun anak yang lebih besar kepada anggota keluarga lain, persis seperti budaya yang ada dalam sekolah, yakni Kepala Sekolah vs Guru biasa, Guru vs Murid, atau cenderung bersifat Senior vs Yunior. Walhasil, dalam hal ada berbuat kesalahan, biasanya akan keluar berbagai macam kata kata yang sejenis dengan `Kan sudah Dibilangi` dan seterusnya, sebagaimana hubungan yang ada Antara Guru (yang lebih tahu) dengan Murid (yang goblog). Atau yang lebih tua adalah lebih senior dari anak anak juniornya.
Sedangkan yang keluarga dengan budaya Perusahaan, dalam hal ada berbuat kesalahan, untuk yang kedua ini, kharakternya akan kembali pada si-Bos tadi. Apakah Boz killer, atau Boz `baik hati`?
Dua versi budaya dalam intern keluarga ini, dari yang saya amati, melahirkan dua kharakter hidup dalam perjalanan menggapai tujuan bagi masing masing keluarga. Bagi yang berbudaya sekolah, yang ada adalah term `Senior best dan Junior bad`. Misalnya saja Tipe Ortu yang Killer, tidak mau di Kritik, pada intinya kurang lebih berbunyi : maunya ini ya begini, sebab ide/perkerjaan anak itu sudah `dipastikan` it is a bad things.
Sedangkan keluarga berbudaya perusahaan, bila boznya baik, maka akan ada acara `dikit dikit` meeting untuk ide ide baru. Sebagaimana di perusahaan, biasanya kompetisi yang ada adalah `Vision best-Charakter Best`. Maksudnya, keluarga yang cenderung mengaspirasi anggota keluarga yang memiliki ide/visi yang lebih baik-berprestasi terbaik. Dalam tipe keluarga seperti ini, biasanya Orangtua hanya bertindak sebagai pengawal ide ide tersebut.
Dua tipe ini pun berbeda dalam bersikap sebagai pribadi Ayah-Ibu-anak. Dimana yang terjadi adalah positioning Ayah sebagai Kepala sekolah, Ibu `hanya` sebagai wakil. Oleh karena itulah anak anak selalu dianggap kecil, karena merka hanya memiliki posisi sebagai `murid` dan Orang Tua adalah Figur yang musti di Seniorkan.
Sedangkan keluarga yang berbudaya Perusahaan, yang ada adalah Budaya Sharing. maka Ayah sebagai Boz, Ibu sebagai direktu HRD, dan anak anak adalah karyawan, sehingga bisa jadi meskipun mereka itu Anak kecil, tapi dengan budaya `Vision best-Charakter Best` Kharakter kecil yang di bimbing jadi Besar. Selanjutnya, tinggal dari pribadi masing masing anak apakah mampu jadi besar atau sebaliknya.
***
Terkadang dalam keluarga, ada seorang Ayah, yang melarang anak Laki-lakinya yang sudah dewasa dan Mahir mengemudi Mobil, untuk mengemudikan mobil dalam sebuah perjalanan keluarga. Hanya sang Bapak lah yang seolah `berhak`. Sedangkan keluarga lain, terkadang anaknya yang masih SMA malah disuruh mengemudikan Mobil dalam perjalanan itu.
Untuk urusan Dapur, tidak sedikita keluarga yang `tidak percaya` anak gadisnya untuk sekadar diberi kewajiban menanak nasi. Sedangkan yang lain, sebaliknya.
Bisa Jadi, apa yang kita lihat kondisi pertama merupakan keluarga yang bertipe `sekolah`. bahkan terkadang tidak hanya urusan menyetir mobil, hal hal yang lebih sepele, minta tanda tangan ketua RT pun, harus sang Ayah. Sya yakin banyak keluarga yang bertipe ini. Senior Best Junior Bad.