Ya, fokus pikiran kita yang ada seharusnya memang melakukan banyak hal positif daripada fokus pada kekurangan pasangan. Terimalah kekurangannya sebagai pelecut diri untuk mengisinya dengna kelebihan kita. Kalau pasangna kurang sabar, kita harus lebih sabar. Pasangan kurang pandai, kita harus berusaha lebih pandai.
Walhasil, dalam sebuah tautan Facebook, sungguh membuat hati saya trenyuh. Meski berbau kontroversial untuk ukuran manusia zaman sekarang.., tapi bagi saya, hanya dengan jalan itulah metodolginya didapatkan, dan membuat kita terhenyak dari angan, serta sadar, bahwa menikah adalah bukan tentang urusan akhir atau awal masalah. Tetapi satu titk pijak dimana nilai kemanusiaan kita dituntut hadir dan Ada untuk menjawab Masa Depan.
` Menikahlah sebelum Mapan, Agar anak anak anda dibesarkan bersama kesulitan kesulitan anda. Agar Anda dan Anak-nak anda kenyang dan merasakan Betapa Ajaibnya kekusaaan Allah.
Jangan sampai Anda meninggalkan anak anak yang tak paham bahwa hidup adalah Perjuangan`
[caption id="attachment_349825" align="aligncenter" width="296" caption="Menikah dan Perjuangan; Diambil dari Facebook-sumber orisinil tidak didapatkan penulis"]
Hidup memang tidak jauh dari urusan masak, macak, manak. Dan tidak perlu lari atas nama Phobia dengan itu.
Disitu dapat kita gali ilmu yang lebih dalam ..., bukankan Urusan Miss Universe itu juga tentang urusan Macak? Bukankan Akademi akademi dan Universitas di bangun untuk memperdalam Ilmu Kedokteran kebidanan adalah tentang urusan manak? Metodologi pendidikan di adakan penelitian juga untuk ursan ini .....? bukankah Hadirnya chef dengan gaji puluhan juga adalah urusan masak..?
Jika masih menilai ini semua adalah yang terbelakang..., Ingat baik baik, yang sesungguhnya terbelakang itu adalah Mental kita !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H