[caption id="attachment_349386" align="aligncenter" width="429" caption="Screeen Shoot dari Andri Wongso : facebook"][/caption]
Saya senang sekali mengutip kalimat : jika Seluruh Nasehat di dunia ini di kumpulkan dalam sebuah buku yang tebal. Lalu buku itu di rangkum lagi dalam sebuah paragraph, lalu di intisarikan dalam beberapa kalimat, kemudian di ambil lagi sebuah Inti, maka tidak lain yang kita temukan adalah sebuah nasehat dari satu kata : survival‘.
Banyak yang sudah kita dan anak anak kita pelajari dewasa ini, terlebih dengan system pendidikan bangku sekolah yang setiap hari disempurnakan, tapi satu hal luput, tentang orietasi kecerdasan psikologi lapangan. Selama ini, kecerdasan hanya di tekankan pada kecerdasan otak pikir saja. Jika kemudian orang punya kecerdasan psikologis lapangan, itu hanya didapat lewat proses by accident’. Alias faktor luck dan pengalman ketika menjalani kehidupan.
Saya masih rancu, apakah keberhasilan hidup ini adalah sebuah hasil dari perhitungan matematis. karena fakta di lapangan, sering kita dapati, orang sudah berusaha tapi belum mendapatkan keberhasilan seperti yang ia harapkan. Dimana, berarti 1+1 tidak musti 2. Perhitungan matematis mutlak tidak dapat berjalan dalam hidup, harus ada premis premis kalkulus didalamnya untuk menterjemahkan sebuah hitungan matematis menjadi rumus keberhasilan.
Sejalan dengan kalkulus, maka kecerdasan psikogis lapangan adalah metode yang paling relevan, yang bisa memberikan kecerdasan dalam menganalisis realitas tindakan atau usaha yang sudah dilakukan.
Sebab hidup adalah transformasi hubungan sebab akibat. kondisi yang menuntut percepatan perilaku Psikologis yang lebih untuk beradaptasi, yang oleh Alqruan disebutkan dengan kata kata : Tidak mengubah seseorang sampai mengubahnya sendiri. Mungkin ini kunci jika kita melihat ada banyak sarjana yang pengangguran di sekitar kita. Bukannya tidak ada Skill. Bukannya tidak pandai Berhitung, tapi ia gagal bertransformasi, beradaptasi dengan apa yanga ada di depannya, atau dengan kata lain, hanya punya kecerdasan pikir tapi tidak memiliki kecerdasan psikologis lapangan.
Fight for the Best. Prepare for the worst
Saya sangat senang dengan kalimat inggris yang pernah sy dengan dari sebuah film Hollywood : Fight for the Best. Prepare for the worst. Kata kata ini simple, tapi punya arti strategi survival yang baik. Bertarung untuk yang terbaik, Bersiap untuk yang terburuk.
Orang yang punya strategi survival yang baik, akan cenderung siap untuk segala hal. Baik ketika target hidupnya tercapai atau ketika ada halangan besar untuk mencapainya. Dalam hal demikian, Sun Tzu, jagoan strategi perang dari Cina, pernah mengatakan. Kamu tidak akan khawatir dengan hasil seribu Pertarungan, jika kamu mengetahui kekuatan dan kelemahanmu serta kekuatan dan kelemahan lawanmu.
Dengan sebuah strategi survival yang baik, jika mendapatkan dirinya banyak halangan atau gagal mendapatkan tujuan, maka persiapan untuk yang terburuk tentu juga sudah dilakukan dengan baik. Sebab, ada kata bijak juga yang bilang, Kesalahan dan kegagalan hanyalah situasi yagn tak terduga, yang menuntut transformasi dalam makna positf. Amerika serikat merupakan Hassil kegagalan toal,, sebab Colummnbus sebenarnya ingin mencarai jalan ke Asia” (Eugio Barba)
Selain itu, sejalan dengan kalimat Tidak mengubah seseorang sampai mengubahnya sendiri yang ada di Alquran. Seorang kulit putih ada juga yang berkata, manusia yang berpikiran dangkal percaya keberuntungan. Mereka yagn bijak dan tangguh percaya akan sebab akibat” (Emerson)
Strategi, Hasrat dan Kebagahiaan
Muhammad Ali, mengatakan. Pemenang Sejati Tidak didapat dari Arena Gymnasium. Pemenang sejati diperoleh dari apa yang ada dalam diri mereka. Sebuah Hasrat, Sebuah Impian dan sebuah visi ke depan.
Strategi survival yang baik, akan sangat luar biasa bila bisa menjadi bahan bakar dari sebuah hasrat yang membara. Namun, sedahsyat apapun hasrat yang dimiliki seseorang bisa kehabisan bahan bakar di tengah jalan, bila ia tidap pandai menempatkan dan mengatur tekanan hasrat itu. Karna hasrat bisa berunah menjadi bumerang bagi dirinya, alias sebab penekan diri yang secara perlahan akan menggerus habis oksigen yang ada dalam otak orang tersebut.
Untuk itu, ia harus mempertahankan diri untuk senantiasa tidak kehabisan kebahagiaan di tengah hasrat dan tujuan hidupnya. Manusia bahagia, adalah mereka yang mampu hidup dalam hasrat tapi tetap bisa menerima dan menghadapi kenyataan realitas hidupnya, alias tidak berubah secara langsung, tatapi juga tidak statis, melainkan terus ada reaksi sang pemenang sejalan dengna hasrat hatinya (Ryancetooz Blog, edited -pen)
[caption id="attachment_349385" align="aligncenter" width="130" caption="Diambil dari Facebook ( Sumber Orisinil Tidak Diketahui)"]
Dalam dunia percintaan anak muda, ada kata kata `Mencintai itu mudah, hanya membutuhkan hati yang siap untuk terluka`. Ingatlah betapa anda dengan mudahnya berseri ketika bertemu dengan lawan jenis yang dengan penuh antusias memberi perhatiannya kepada anda. Tapi ketika kedua insan tersebut memutuskan untuk memasuki ranah pernihkahan, apakah juga mampu merasakan kebahagiaan sebagaimana ketika ia pertama kali bergerak untuk jatuh Cinta?
Jatuh Cinta memang beda dengan Menjalani Cinta, dan menjalani Cinta itulah pernikahan, saya juga pernah menulilsnya secara khusus untuk hal ini.
Orang yang bahagia dalam pernikahannya, adalah yang bisa mempersiapkan suatu kebutuhan dalam menjalaninya, yakni hati yang siap untuk terluka. penikahan bukan cerita cinta monyet Abg yang lempeng2 lurus. Terkadang ada Percekcokan, beda keinginanan, tapi bagaimana hal hal seperti itu tidak mengganggu hal yang lbeih besar, dan itu hanya bisa terjadi jika kita sudah menyiapkan hati yang siap terluka, tidak selalu mulus dan kinyis kinyis.
Sama dalam proses kebahagiaan dalam Pernikahan, dalam sebuah tulisan manajemen, saya juga pernah membaca kata kata Selalu ada luka di hati orang yang sukses!
Tidak ada orang yagn sukses dengan hati yang masih kinyis kinyis. Kesuksesan adalan trasformasi kemenangan yang didapatkan dari ekstraksi pertarungan sana sini, kegetiran sana sini, kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan Passion hidup.
Karena, memang kesuksesan adalah sebuah proses kalkulus, bukan aljabar biasa. Bukan dalam arti kita mengalami minus berapa kali, atau bermakna gagal berapa kali. Tapi anda bangkit berapa kali? That was the true matter.
Kalo selama ini orang masih memandang kita sebelah mata, buktikan bahwa kita layak mendapat kedua matanya, tapi jangan di colok ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H