*Tulisan ini tidak saya maksudnya membuat benturan pemeluk Agama, memang judul saya narasikan Balik dari Komentar Ahok yang super --cadas-- menurut bahasa salah seorang Kompasianer.
"Saya bilang, kalau Islam-nya kaya FPI, sampai mati juga enggak mau masuk Islam. " (Ahok : Merdeka.com)--"Jika Kristen-nya seperti Ahok, Sampai Kapanpun saya juga Enggak Mau masuk Kristen"(Komentar saya - Pen)--
Revolusi Mental yang terjadi di Indonesia saat ini, adalah revolusi mentalisme ber-Agama, yang ternyata berAgama saat ini tengah menjadi Korban. Korban dari ulah oknum yang mengatas namanan dan mendefinisiakn Agama hanya ciut berdasarkan perbuatan oknum tertentu.
bagi mereka, agama tidak lebih sebuah dinamika sosial sesaat yang bisa dimanfaatkan atau di singkinrkan sesuai kebutuhan
Sebuah Cerita yang seru dan menarik, serta tragis!
Di sebuah Negara yang terkenal sebagai penduduk yang beragama tertenut paling besar di Dunia! Di Negara dengan Perkembangan Agama tertentu yang juga sangat mencengangkan --paling mencengangkan di seluruh dunia.
Sebaiknya, Agama tidak lebih sekadar 'mainan' bola pingpong kepentingan oknum.
Padahal, atas nama semangat Agama-lah ada ruh Kemerdekaan di Negara ini. Yang idealnya menjadi PR bersama untuk di bangun menjadi metodologi- 'Nation Character' kita, bukan di Hancurkan!
***
Tulisan ini jelas Sara!, tapi kita tidak perlu terjerumus dalam hidup yang sarkastik. Kita hidup di Indonesia, musti mengakui keberagaman! Pluralitas Yes, Pluralimse No.
Kajian Sara Yes!, tapi Sarkastik No!
Biarkan yang Islam tetap islam
Biarkan yang Kristen tetap Kristen
Demikian pula yang Hindu, budha, Kong Hu Chu.
Di Indonesia ini, Kalau tidak mau di Bilang Kafir!, silahkan anda anda masuk Islam Semua. gak Perlu Protes!
Sebaliknya demikian pula orang Islam tidak perlu Merah Kupingnya karena di Bilang Gembala yang tersesat.
Karena, dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa di jadikan Sila Pertama Pancasila, maknanya Agama itu adalah dogma keyakinan dan pegangan Hidup. Agama bukan Sekadar Hobi, atau kesukaan yabg bisa di campur aduk-kan antara ajaran yang satu dengan yang lain. Apalagi kalau Agama tidak diakomodasi sebagai dasar identias penduduk, bermakna, kita telah mengikari sila ini. Tidak ada Bedanya Indonesia dengan Negara Komunis, atau negara Atheis.
Atau sekadar kita pilih pilih sesuai trend zaman.
Mungkin --jika FPI itu adalah organisasi yang mendukung konser Lady Gaga-- mungkin juga Ahok juga akan berUcap berbeda : Saya Masuk Islam gara gara FPI, Parah!
Terus terang saya adalah diantara yagn pertama nggak Ngarep banget Ahok Masuk Islam, jika masih mencampur adukkan ajaran agama.
Islam sudah kaya dengan Sekte sekte, gak perlu di tambahi dengan sekte yang model seperti itu.
Apalagi jika Agama hanya memiliki standar dan sumber Ilmunya adalah kelakuan orang perorangan? Padahal Agama itu adalah Ajaran yang kita harus terus mencari tahu hakekan agama yang Kita yakini sampai kapanpun
Kita tidak bisa memilih Islam atau Yahudi gara gara kebanyakan orang perilakunya bagaimana.
Ketika dewasa, Pikiran Kita di tuntut untuk Dewasa memilih Agama yang kita yakini dan dibawa Sampai kapanpun. Untuk Itu, jangan anda Mati, sebelum membaca Laa Ilaa ha Illa Allah, kata Bijak dari Nabi.
Kita tidak bisa memilih Islam gara gara FPI
Kita juga tidak bisa Tidak Memilih Kristen gara gara Teroris Papua yang Kristen Juga
Untuk itu, sepanjang sejarah Gubernur di Indonesia, setahu saya Ahok-lah --sebagai Kapasisats Pemimpin daerah (Tapi Bukan Pemimpiin Saya)--, yang akan tercatat sebagai Gubernur Pertama yang permasalahan yang menghadangnya selalu di tanggapi oleh nada nada yang miring. Secara Sengaja ataupun tidak, dalam Kapasitas Gubernur, Ahok telah sengaja membuat setting benturan di tingkat grassrot.
Ahok mempermalukan Korsp Pegawai Pemerintah yang sebenarnya kelakuannya dan tindak tanduknya diharapkan bisa Jadi Panutan.
Pemimpin itu Pemersatu, bukan Pencari Musuh
Kemarin Ahok juga bilang `Saya rela tiap hari tambah 1.000 musuh enggak apa-apa asal Jakarta baru bisa terwujud`. Ahok Lupa fungsi Gubernur itu apa? Gubernur itu Pemersatu, bukan Pencari Musuh. Apalagi Ini Indonesia yang homogen heterogen, Bukan di Cina.
Silahkan bilang demikian jika Ahok itu hanya tukang parkir di pinggir jalan (maaf kpd yang berprofesi demikian-pen) -- hanya sebuah gambaran-- Ktika menjadi Pribadi yang memiliki efek dan ekses ke sekitarnya, sungguh seperti ini yang keluar dari seorang Pemimpin adalah sebuah panutan yang Tragis.
Cataan Revolusi Moral :
Jadilah Ulama dan Pejabat, jangan Pejabat yang 'tahu Agama' sekadarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H