Mohon tunggu...
Handarbeni Hambegjani
Handarbeni Hambegjani Mohon Tunggu... -

press any key to continue ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Poligami dari Suku Dani Lembah Baliem: Sebuah Tanggapan

27 Januari 2015   20:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:16 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika semua manusia menikmati Jima dalam pernikahan mereka, maka pusat hiburan tutup. Pelacuran tutup. Mut'ah bubar. Pacaran ga laku. televisi kaga ditonton.  Wanita seksi gk di gubris. Mis Univers gk ada peminat. Situs Porno Rugi..

Atau.... yg nonton cuma anak2 sama yg blom nikah."

Manarik Membaca tulisan Belajar Polygami dari Suku Dani Lembah Baliem ini. Dan saya tertarik menyikapi Quotasi alenia akhir dari Penulis  : "Alangkah indahnya, jika nominal yang dimiliki para pemimpin itu, bukan dihabiskan untuk WIL, bukan untuk selingkuhan dan isteri sirri. Tetapi untuk sesuatu yang lebih besar. Untuk pendidikan anak-anak bangsa, untuk janda-janda tua. "

***

Kalimat kalimat sejenis.. sering kita dengar. Di kajian, Pengajian. Nasehat Pejabat. Tulisan koran dan seterusnya. Tapi. Pertanyaan Besar.. Apa standar "Sesuatu yang Lebih Besar.. dan Standar tolok Ukur Pendidikan" yang di maksudkan?

Sudahkah  ada Bukti dan Proof empiris nyata di masayarkat? Berapa orang? Berapa total kapital ? bagaimana parameter Keberhasilan. Serta bagaimana Implementasi Faktuil?

Kecuali kata kata sejenis hanya indah di buaian.. tapi tidak pernah Nyata di lapangan.

Dalam urusuan Biduk rumah tangga. Banyak Intelektualis, bimbingan konseling, tulisan curhat di Koran yang selau berbicara idealisme. harusnya begini dan harusnya Begitu. Tapi mengabaikan variable variable kenyataan lapangan.  Saya coba bagikan yang Simple simple saja yang mustinya 'sering terdengan' dalam relasi hubugan wanita -laki laki misalnya  Pembalut wanita,  Tidur Malam hari, Kesepian, was was. Rindu. dan sebagainya.

Justifikasi dan harapan pelangi tanpa Kontur Parameter Presisi, hanya sebuah Penipuan yang jahat terhadap Nilai Kemanusiaan Hubungan laki laki dan Perempuan.

Sebenarnya cukup simple, Kalau ada perempuan mau di Poligami kenapa ada laki laki (laiin) yang kalut? Towh poligami tidak akan terjadi jika si wanita tidka mau untuk menjadi istri madu. Terkecuali jika yang terjadi bukan Poligami (nikah Resmi) tapi Kumpul Kebo. Atau nikah sirri (nkah diem dieman) tentu yang demikian ini beda kasus.

Cara berpikir/Nalar dunia hidup ini tidak serta merta selau di haru biru oleh pikir Maskulinisme Spasial -(cara Berpikir lelaki-menurut bahasa buku Quantum Learning) Seperti Nalar Idealisme Pelangi di atas.

Pada fakta nyata.. wanita bisa menjalani kehidupan dnegn pemikiran feminin pemberian Tuhan Kepada Mereka. Yang Tentunya.. Ada beberapa hal dalam kehidupan ini yang terkadagn tidak bisa di ukur lewat parameternya Mata manusia.

Tapi atas Kehendak tuhan dan kedermawanNya sehingga kehidupan tentram dan kebahagian bisa di rasakan orang lain.. Tanpa perlu merampas kebahagiaan Kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun