Semua orang akan selau nampak  picik atau Keras Hati menurut pandangan Kelompok lain yang berserberangan dengan dirinya. (Handarbeni Hambegjani)
Pemimpin itu mesti sengaja dilahirkan atau diturunkan oleh seorang pemimpin sebelumnya. Artinya pemimpin selalu memiliki ikatan yang mendasar dengan bobot bebet bitit, akhirnya sy mengamini ini.
Beberapa hari lalu mas Pres Joko menyebarkan sebuah fatwa baru tentang makna kepemimpinan di negeri ini : Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti.
Saya tidak tahu bagaimana kajian empiris dan perhitungan presisi mernuut ilmu Engginering (backgrund kuliah Mas Joko) terhadap perhitungan Untung Rugi dan Kalkulasi di atas Kertasa terhadap Filsafat Jawa yang setidaknya memilki makna segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut, dan sabar.
Namun, hemat saya mengatakan, Untuk Posisi Pemimpin dan Pembesar negara, telebih Panglima Perang, setidaknya Mas Pres Joko melupakan mitologi jawa yang lain , misalnya Golek banyu Apoikulan Warih.
Maknanya menjadi pemimpin tidak pernah mudah. Dan tidak bisa begitu saja membuat Justifikasi mana itu Dikit dikit kelompok picik atau Keras Hati. Semua orang akan selau nampak  picik atau Keras Hati menurut pandangan Kelompok lain yang berserberangan dengan dirinya.
Ya!. Itulah manusia yang memang tidak Sempurna.
Untuk Itu, buwt p embisi Mas Joko.. tolong di sampaikan Kita perlu belajar dari Filsafat ngarab : Al Firqotu Bila Nidzoomin Yahglibuhul -Fir qotu bin Nidzam.
Kelompok/kepemimpinan yang punya Pengaturan Lebih lemah akan Kalah Oleh Kelompok dengan Pengaturan lebih Ketat/kontrol kuat. Terlepas kelompok itu itu adalah kelompok Salah.
Atau Jangan jangan ini adalah titik pembuka dan detik detik mulai nampaknya kekalahan dari kelemahan mas Joko?
Sikap bijak, lembut, dan sabar hanya seharunysa lebih tepoat disampaikan oleh Sisi Feminitas Negara. yakni Ibu Negara untuk mengayomi bangsanya. Bukan oleh seorang Panglima Perang!
Kepemimpinan sampai kapanpun memerkontrol yang kuat : Golek banyu Apikulan warih. Â mas Joko!
Atau perlu juga belajar dari para lulusan Magang Jepang tentang makna Kaizen
Jika diibaratkan mas joko adalah presiden direktur sebuah kendaraan roda empat dengan merk Indonesia, lalu mitologi jawa itulah kemudian yang dikedepankan (produksi) Â bisa jadi ketika mobil sudah berjalan, akan terjadi mur baut2 Â yang terlepas sendiri sendiri. Maknanya, tidak adaan kontrol Kepeminpinan yang kuat.
Untuk itulah kepemimpinan yang demikian mendekati model kepemimpinan yang muspro. Tidak efektif!
Mas Joko hanya bahagia dengan filsafat mitologi Jawa nya dalam hierarki kepemimpinan. Tetapi sebenarnya hanya berputar putar dalam sebuah garis mobius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H