Mohon tunggu...
Hancel Goru Dolu
Hancel Goru Dolu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Deposuit Potentes de Sede et Exaltavat Humiles!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membakar Rokok Membunuh Kehidupan

19 Agustus 2014   18:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miriam de La Croix dalam Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer mengingatkan sahabatnya; “inilah jaman modern, Minke, yang tidak baru dianggap kolot, orang tani, orang desa. Orang menjadi begitu mudah terlena, bahwa di balik segala seruan, anjuran, kegilaan tentang yang baru, menganga kekuatan gaib yang tak kenyang-kenyang akan mangsa. Kekuatan gaib itu adalah deretan protozoa, angka-angka, yang bernama modal”.

Toh tulisan maupun gambar peringatan bahaya akibat merokok sama sekali tak berpengaruh. Malah telah melekat sebagai sebuah paket kemasan identitas rokok. Tak lebih dari sebuah pencitraan dari industri para pembunuh.  Negara, sebagai orang orang tua justru ‘bermain dua kaki’ di sini. Di satu sisi seolah-olah menolak rokok, tapi di sisi lain menerima upeti dari industri rokok yang tentu saja merelakan rakyat atau anak-anaknya dibunuh di dalam rumahnya sendiri.

Sambutan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 September 2011 saat menerima kunjungan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau; “Goal kita sama. Spiritnya sama. Rakyat Indonesia harus selamat dan sehat. Jika tidak, mau jadi apa bangsa ini lima atau sepuluh tahun mendatang?” Tak lebih sebagai sebuah untaian kalimat diplomatis dan pertanyaan retorik khas politisi, sehingga tentu saja tanpa aksi. Cuma sebatas khotbah ritmis nan plastis minus praksis. Hal ini terbukti, di antara negara-negara Asia, Indonesia adalah negara yang tidak menandatangani atau mengaksesi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), meskipun awalnya ikut menyusun rancangan FCTC.

Tentu saja regulasi tak serta merta mampu membunuh industri rokok ataupun pertanian tembakau. Namun, pemerintah harus mulai secara sungguh-sungguh mengupayakan kualitas kesehatan ratusan juta anggota keluarga Indonesia untuk mendapatkan udara bersih dan bebas dari asap racun nikotin.

Ajakan dari World Health Organization (WHO) pada negara-negara anggotanya untuk menerapkan strategi MPOWER sebagai upaya pengendalian tembakau, bisa dijadikan rujukan, antara lain; monitor prevalensi penggunaan tembakau dan pencegahannya, perlindungan terhadap asap tembakau, optimalisasi dukungan untuk berhenti merokok, waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsor tembakau, serta raih kenaikan cukai tembakau.

Sayup-sayup seruan Tan Malaka seabad silam kembali berdengung; “kita tak boleh berunding dengan maling di rumah kita sendiri!”

Beranikah Presiden baru mengendalikan tembakau atau bahkan melarang peredaran rokok?

*******

Hancel Goru Dolu [Dante Che], 19/08/2014

@HancelGoruDolu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun