Namun ketika subuh, betapa kaget kami. Abu sudah bertebaran di halaman rumah. Tidak salah lagi, Gamalama meletus. Pesan-pesan dari telepon seluler segera beredar. Kami berdiam diri di rumah, menutup seluruh ventilasi dengan koran-koran bekas yang kami punya. Untunglah bahan makanan masih tersedia di rumah.
Beberapa hari kami tidak masuk kantor. Sisi barat dan utara pulau diberitakan mengalami gangguan paling parah akibat muntahan debu vulkanik ini. Bandara di sisi timur laut pulau telah ditutup sejak awal, sampai waktu yang tidak ditentukan. Setelah beberapa hari letusan agak reda, kami putuskan kembali berkantor.
Sebenarnya letusan ini cukup besar. Aliran lahar dingin bahkan sampai mengalir di samping rumah kami yang berdekatan dengan barangka atau kali mati. Namun alhamdulillah, tidak ada korban jiwa langsung dari kejadian meletusnya Gunung Gamalama 2011 ini.
Kami sekantor agak sedih dengan kejadian ini. Sebab musabab adalah, akhir tahun ini kami seluruh staf kantor di Ternate sudah diundang untuk hadir di Bogor, kegiatan workshop tahunan. Tentulah ini menyenangkan bagi sebagian kami yang asli Ternate dan belum pernah sampai ke Jawa, apalagi Bogor.
Bandara Babullah masih tutup, yang berarti menutup kemungkinan kami untuk ke Bogor. Tapi, ternyata tidak. Di kantor, setelah mendengar keluh kesah staf yang bersedih tidak jadi berangkat, tiba-tiba munculah ide.
"Bagaimana kalau kita ke Bogor lewat Manado?" ungkap salah seorang teman kami.
"Ah, benar juga".
"Iya, kita bisa naik kapal ke Manado, kemudian terbang ke Jakarta," semangat kami kembali menyala. Ya, jarak Ternate ke Manado memang hanya sekitar 270an kilometer dan ada kapal penumpang yang rutin bergerak dengan rute ini, semalaman.
Singkat diskusi, kami berbagi tugas. Saya menghubungi kantor di Bogor, untuk menyampaikan rencana kami. Kami masih dapat hadir ke acara di Bogor walau agak terlambat beberapa jam, dengan menempuh rute dan angkutan lain yang beragam.
Sementara beberapa teman lain juga mulai mencari informasi jadwal kapal Ternate menuju Manado, dan jadwal pesawat dari Manado ke Jakarta. Hasilnya, pihak Bogor setuju.