Satu hal, saya sebenarnya ingin juga memberi pelajaran buat maskapai dan petugas ini. Tidak bisa seenaknya membatalkan tiket seseorang yang sah. Ini pasti ada pelanggaran prosedur. Namun niat saya sementara hanya ingin membuat repot serepot-repotnya petugas ini.
Penundaan penerbangan memang selalu tidak menyenangkan, walaupun kita sendiri punya banyak waktu. Perjalanan pertama saya ke Ternate, kenapa harus begini, pikir saya saat itu.
"Sebentar Mas, saya harus komunikasi ke bos saya dulu," terang saya belaga.
Saya sebenarnya bisa saja hanya sekadar ber-SMS ke pimpinan saya saat itu. Tapi saya lebih baik menelponnya.
Saya menyingkir beberapa meter, tak jauh dari mereka juga. Kemudian menelpon atasan saya yang sudah berada di Ternate, bersuara sedikit dikeraskan agar terdengar juga oleh petugas dan mas orang tambang tadi.
Saya, menjelaskan situasi yang terjadi, serta dengan intonasi meyakinkan bahwa kesalahan bukan ada di saya. Terakhir, saya mohon pertimbangan beliau. Untunglah maskapai ini sudah punya reputasi buruk untuk hal-hal kekacauan seperti ini. Semuanya lancar.
"Oke Mas, ngga apa-apa. Silakan Mas yang berangkat," jelas saya setelah bertelpon tadi. Mas tadi berterimakasih, memberi saya beberapa ratus ribu rupiah, kemudian segera check-in dan lanjut berjalan menuju arah keberangkatan dengan sedikit berlari.
Saya menunggu untuk mengurus tiket pengganti dan penginapan. Singkat cerita semua akhirnya berjalan lancar. Saya terbang keesokan harinya sampai juga di Ternate. Dapat uang saku tambahan lagi. Lumayan.
Ternate, sebagai sebuah kota tua nan megah, juga merupakan pulau kecil dengan luas sekitar 700 ribu hektar. Kota dengan cerita legenda yang bertumpuk-tumpuk, tempat benteng-benteng bersejarah peninggalan Portugis dan Belanda betebaran di seputaran pulau.
Pulau yang paling dicari pada abad ke-15 dan 16, karena rempah-rempahnya yang sangat dibutuhkan di Eropa. Area yang menjadi tujuan para penjelajah Eropa berpetualang, diutus oleh para rajanya, bersaing mencari dan menemukan sumber cengkih dan pala, yang saat itu harganya konon berlipat tak terjangkau melebihi harga emas. Pusat rempah dunia yang berabad-abad disembunyikan lokasinya oleh para pedagang Arab.
Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara saat ini, kota ini merupakan pusat perekonomian daerah, namun bukan sebagai ibukota Provinsi. Pusat permukiman terpadat Ternate sendiri berada di sisi timur pulau.