Setelah hampir tiga jam perjalanan dalam hutan-hutan kecil yang teduh, kami akhirnya tiba di sebuah dataran. Padang alang-alang beserta terik matahari menyambut kami di tengah hari. Kali ini masalah bertahan dari kemelorotan di punggung kuda sudah berakhir, namun sakit dan perih di pantat masih terasa.
"Kita berhenti di SD Inpres saja Pak ya?", tanya bapak yang menuntun saya.
"Iya Pak, tidak apa-apa, yang penting sudah di pinggir jalan dan ada sinyal", sahut saya.
Akhirnya kami tiba di tujuan. Saya turun dan segera tiduran di bale-bale yang ada di dekat situ. Bapak pengantar pamit, sambil memberikan tas kepada saya. Tentu saya mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya.
Saya segera menghubungi kantor saya di Waikabubak dan minta segera di jemput di SD Lahona.
Sambil menunggu, saya tiduran dan sedikit memakan bekal biskuit yang ada. Tiba-tiba sakit di kedua pantat saya kembali terasa perih. Ah, mumpung tidak ada orang, saya pun mulai meraba-raba.
Sial, ternyata pantat saya lecet di beberapa tempat. Pantas saya perih dari tadi. Gesekan antara punggung kuda saat tanjakan tadi ternyata tidak main-main.
Setelah menunggu satu jam lebih, sebuah mobil datang dan berhenti di dekat sekolah tempat saya beristirahat. Keluar dari mobil, orang yang saya kenal. Om Rius, pria berkumis teman saya di kantor, asli Flores tapi telah menetap lama di Sumba ini.
"Hallo friend, apa kabar. Aku dengar kena hantam malaria ini", sapa Om Rius sampai senyam senyum, berjalan santai menuju saya.
"Iyalah, bagaimana lagi".