Hamparan permukaan danau terlihat sangat tenang. Beberapa perahu kecil bermesin ketinting melaju berlawanan arah kami. Seperti kata Idris tadi, kami pun berpapasan dengan kapal serupa dari arah Desa Olu menuju Tomado, sesuai jadwal yang dia katakan.
Dalam perjalanan, saya teringat dengan legenda Danau Lindu ini yang pernah diceritakan teman-teman saya sebelumnya. Tentang belut atau lindu raksasa, yang bertarung melawan serbuan anjing-anjing selama tujuh hari tujuh malam hingga sang lindu menembus gunung yang mengeluarkan air, yang pada akhirnya membentuk danau ini.
Dari atas kapal yang melaju tenang, saya santai memperhatikan bukit-bukit hijau membiru berlapis-lapis di sisi utara dan barat danau, yang menjadi bagian dari kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu. Sementara di sisi timur, matahari menghalangi mata dari hamparan rawa-rawa nan luas, muara Sungai Kangkuro, salah satu dari belasan sungai inlet dari danau ini.
Danau Lindu dan area di sekitarnya, merupakan enclave yang dikelilingi oleh kawasan Taman Nasional Lore Lindu, yang juga menjadi bagian dalam Cagar Biosfer Lore Lindu. Area ini memang ditujukan selain untuk konservasi keanekaragaman hayati, juga sebagai contoh pembangunan berkelanjutan, berdasarkan atas upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal.  Â
---
Kapal ini cukup besar, dengan lebar sekitar 4 meter dan panjang lebih dari 10 meter. Menurut Idris, kapal ini dapat menampung sekitar 10 motor dan bahkan 3 mobil.
"Penumpang pembawa satu motor membayar 25 ribu" terang Idris ketika kami di dalam kabin dia tadi. Sebagian besar penduduk di Olu juga membawa hasil bumi untuk dijual di Tomado atau sampai ke Palu, menggunakan kapal ini. Satu karung coklat misalnya, dikenakan biaya 5 ribu rupiah, sama seperti harga tiket satu orang penumpang.
Coklat memang merupakan komoditas hasil bumi utama dari Olu dan Lindu secara umum, selain tentunya hasil perikanan darat dari danau ini. Namun sayang, hasil perikanan darat yang melimpah dari danau ini umumnya adalah dari jenis mujair dan nila, dua jenis ikan yang sesungguhnya termasuk ikan predator, yaitu ikan asing yang bersifat invasif dan memangsa ikan-ikan lokal.
Baca juga: Menyaksikan Mo'hangu, Tradisi Unik Memanen Ikan Khas Lembah Bada di Sulawesi Tengah
Danau Lindu dengan luas sekitar 3,4 ribu hektar, merupakan danau kedua terluas di Sulawesi Tengah, setelah Danau Poso. Dengan kedalaman konon mencapai 200 meter, danau ini berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut.