Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sepotong Pelangi Senja di Tengah Danau Lindu

13 Desember 2021   15:08 Diperbarui: 14 Desember 2021   19:56 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian tengah pada kapal angkut Tomado - Olu, di Danau Lindu Sulawesi Tengah. (@Hanom Bashari) 

Di ujung dermaga, sebuah kapal kayu yang cukup besar, yang kami pesan semalam, telah terparkir di sisi kiri, sendiri. "Mereka sudah di sini sejak habis subuh Mas", terang Edo kepada saya setelah dia menyelesaikan sarapannya.

Kami berjalan menyusuri dermaga kayu yang beberapa alas papannya penuh tambalan. Terdapat semacam ruang tunggu yang cukup luas di tengah bangunan dermaga ini, dengan bangku-bangku permanen dari kayu bercat putih, yang terlihat masih kokoh. Sebagian orang duduk di ruang tunggu, entah menunggu apa.

Bagian tengah pada kapal angkut Tomado - Olu, di Danau Lindu Sulawesi Tengah. (@Hanom Bashari) 
Bagian tengah pada kapal angkut Tomado - Olu, di Danau Lindu Sulawesi Tengah. (@Hanom Bashari) 
Saya berdiam beberapa saat di depan pintu masuk kapal. Teman kami mulai berdatangan satu persatu dengan sepeda motor mereka, dan tanpa menunggu komando segera memasukkan motor-motor mereka ke dalam kapal yang hanya dipepetkan ke tepi jembatan dermaga.

Motor diparkir dalam kapal sembarangan, mungkin karena lengang, bercampur dengan belasan sak semen yang bertumpuk di beberapa sudut kapal.

Pagi akhir Oktober di Danau Lindu, matahari bersinar cerah. Langit biru memantul syahdu di permukaan danau yang terhampar tenang. Sudah pukul tujuh seperempat. Rombongan kami tidak banyak, dan karena kami menyewa khusus kapal ini, maka kapal pun segera bersiap berangkat ketika kami sudah lengkap.

Hanya dua anak buah kapal yang mengoperasikan kapal ini. Mesin kapal telah dinyalakan. Salah satu anak buah kapal segera sibuk ke sana ke mari di pinggir jembatan dermaga, melepaskan beberapa tambatan tali kapal. Tak berapa lama dia pun meloncat masuk ke dalam kapal, dan kapal segera bertolak menuju sisi danau bagian timur, menuju Desa Olu.

Kapal melaju santai. Kami hanya berlima plus dua ABK tadi. Deo, salah satu teman kami segera membaringkan diri di salah satu papan tempat duduk, pada sisi kapal yang teduh, menutupi muka dengan topi rimba abu-abunya. Entah benar-benar tidur atau tidak, atau sekadar menidurkan diri karena takut mabuk kapal.

Saya diajak Edo untuk masuk ke kabin nakhoda. Alunan "Suci dalam Debu" menggema keras dari speaker-salon aktif yang cukup besar, dalam ruangan kecil sang nakhoda. Sementara Idris, sang juru mudi, terlihat duduk santai mengendalikan kapal sambil melihat ke luar jendela kecil yang ada di hadapannya.

Suasana kabin nakhoda pada kapal angkutan di Danau Lindu, Sulawesi Tengah. (@Hanom Bashari)
Suasana kabin nakhoda pada kapal angkutan di Danau Lindu, Sulawesi Tengah. (@Hanom Bashari)

"Sebenarnya tidak ada kapal pagi dari Tomado menuju Olu. Semua kapal berasal dan menginap di Olu. Sekitar jam tujuh mereka baru berangkat dari Olu dan akan kembali ke Olu dari Tomado sore nanti", Idris menjelaskan rute kapal ke saya setelah suara musik sedikit dikecilkan.

Menurut dia, ada lima kapal seperti ini, namun saat ini hanya empat yang aktif. Dalam satu hari, hanya sekitar dua atau tiga kapal yang beroperasi. Kapal yang kami tumpangi ini kami sewa, sehingga mereka berangkat subuh tadi menuju Tomado.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun