Perbauran lelaki perempuan tua muda anak-anak pun terjadi. Mereka bergerak secara serentak dari tepi kolam secara bersamaan, menuju tengah kolam sambil menghunjam-hunjamkan hangu mereka ke dalam air.
Air kolam yang semula jernih pun tak seberapa lama berubah menjadi kehitaman. Lumpur telah naik bercampur aduk.
"Biasa di awal masih susah mendapatkan ikan, tapi nanti setelah sekitar satu jam, biasanya baru mulai ramai peserta mendapatkan ikan karena ikan telah mabuk dengan kondisi kolam yang keruh teraduk-aduk," jelas Ithong kepada saya.
Setengah jam berlalu, kemudian beberapa peserta mulai berteriak, menandakan sudah mendapatkan ikan. Satu per satu teriakan makin menjadi dari sepenjuru kolam.
Dengan meminjam hangu teman, saya pun penasaran ikut menceburkan diri ke kolam yang airnya secara umum hanya sebatas paha. Berkali-kali hangu saya hunjamkan ke dalam air keruh di depan dan samping saya.
Beberapa peserta mengatakan, ketika hangu dihunjamkan dan terdapat ikan terperangkap, maka hentakan ikan yang berontak ingin keluar dari hangu akan terasa. Itulah tandanya. Namun apa mau dikata, setelah hampir satu jam mencoba peruntungan, tak satu pun ikan yang saya peroleh dari hangu saya.
Hampir tengah hari, namun matahari tidak terlalu menyengat panas. Satu per satu peserta menunjukkan hasilnya. Karung-karung mereka mulai terisi. Ada pula yang hanya menggantung ikan hasil tangkapan dengan untaian tali hutan.
Beragam ikan mereka peroleh, mulai dari ikan nila dan mas, sampai belut. Bahkan konon ada ular juga. Ikan terbesar yang kami catat sampai seberat satu setengah kilogram.
"Kami cukup puas. Sebanyak 200 lebih tiket kami terjual. Mungkin ada sekitar 300 orang berpartisipasi saat ini," jelas Leonard bersemangat. "Para peserta termasuk dari desa-desa sekitar Tuare, seperti Gintu, Lengkeka, Tomehipi, dan Kageroa."
"Hasil dari mo'hangu ini akan kami kembangkan dan gulirkan lagi. Sebagian akan kami gunakan untuk mengisi kolam dengan ikan kembali, sebagian lagi akan kami putar untuk usaha lain yang produktif. Mudah-mudahan ke depan, mo'hangu ini juga dapat menjadi potensi menarik untuk pariwisata," dengan penuh semangat, Leonard menjelaskan.