Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Membelah Danau Tempe, Menyaksikan Sisa Kehadiran Para Pelintas Samudra

16 September 2021   20:05 Diperbarui: 16 September 2021   22:35 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan eceng gondok yang terhalang tiang-tiang bambu penahan pergerakannya di Danau Tempe.  (@Hanom Bashari) 

Saya menduga karena ibu saya dulu beberapa kali mengatakannya sewaktu saya kecil, karena beliau sangat mahir untuk menghafal nama-nama pulau, daerah, danau, lapangan terbang, dan sebagainya di seluruh Indonesia, walaupun beliau belum pernah ke daerah-daerah tersebut. 

Jadi ketika saya tahu akan melakukan kunjungan tugas ke Sengkang, dekat Danau Tempe, maka tidak bisa tidak, saya harus berkunjung ke danau ini.

Dalam buku Ekologi Sulawesi-nya Tonny Whitten yang legendaris itu, Danau Tempe dimasukkan dalam kategori danau endapan. 

Namun dari informasi Wikipedia, kita bisa mendapatkan informasi bahwa danau ini termasuk danau tektonik purba yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya daratan Sulawesi yang berada di atas lempeng benua Australia dan Asia. Luasnya sekitar 35 ribu hektar dan menjadikannya sebagai danau terluas kedua di Sulawesi.

Karena saya lebih banyak berkunjung ke daerah-daerah Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara, maka tidak banyak pengalaman saya menyusuri sungai-sungai besar dan danau dengan perahu.

Umumnya yang saya alami adalah menyusuri sungai berhutan-bakau di daerah pesisir. Namun menuju Danau Tempe ini, saya disuguhi sesuatu yang lain, suasana desa-desa setengah kota di tepi sungai.

Beberapa aktivitas masyarakat dapat dilihat ketika kami menyusuri sungai ini. 

Tampak masjid, sekolah, permukiman, dan sebagainya. Kami sengaja meminta operator perahu kami untuk sedikit pelan melajukan perahu, agar saya pribadi dapat menikmati apa yang kami lewati ini. 

Sungai masih terasa tenang di pagi ini, namun seketika sedikit bergelombang ketika kami berpapasan dengan beberapa perahu lain yang melintas.

Masjid dan kehidupan masyarakat di sekitar tepian Sungai Walanae, Sengkang, Sulawesi Selatan. (@Hanom Bashari)
Masjid dan kehidupan masyarakat di sekitar tepian Sungai Walanae, Sengkang, Sulawesi Selatan. (@Hanom Bashari)

Tak lama kelompok permukiman berakhir. Kanan kiri kami kini terlihat persawahan yang terbentang luas. Air sungai tidak terlihat keruh saat itu, hanya memang tidak terlalu jernih juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun