Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Porter Panggul dan Ikhtiar Pelampung

27 Agustus 2021   23:12 Diperbarui: 1 September 2021   01:40 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami memutuskan untuk diam. Teman saya berbaring sambil memeluk jaket pelampung. Suara debur ombak di luar kapal sangat jelas. Saya segera rebahan tapi menahan diri jangan sampai tertidur sampai maghrib tiba.

Ketika sholat di dalam kabin kapal dengan model-model kapal Manado-Talaud ini, sebenarnya hal yang biasa. Beberapa perjalanan dari dan ke berbagai tempat telah saya rasakan dengan kapal-kapal seperti ini. Karena biasanya tidak ada mushola, maka menyewa kabin ABK biasanya cukup membantu agar sholat juga tenang.

Sholat pun biasanya akan menyesuaikan dengan keadaan. Jika dalam keadaan tenang, maka kita bisa menggelar sajadah dan sholat di lantai kabin. Walaupun kadang-kadang sambil sesekali tangan berpegangan ke ranjang atau tiba-tiba terjatuh tanpa sempat berpegangan. Namun lebih sering sebenarnya sholat sembari duduk, karena goncangan kapal kecil seperti ini sering terjadi.

Ketika perjalanan ke Talaud seperti ini, saya biasanya sholat sambil duduk. Kalau perjalanan malam, maka tiga roka'at magrib plus dua roka'at isya, dengan niat jama' qosor. Beres. Nah, saat ini memang luar biasa. Goncangan kapal sangat dahsyat, sedahsyat yang pernah saya rasakan.

Saya coba duduk, agar tidak tertidur. Tapi begitu saya duduk, tiba-tiba perut saya langsung bergejolak karena goncangan ini. Saya coba berbaring mengatur napas, keadaan menjadi agak tenang di perut saya. Saya coba duduk lagi, begitu lagi, mual secara tiba-tiba.

Akhirnya saya putuskan untuk terus berbaring, agar jangan sampai saya muntah di dalam kabin ini (akan lebih repot akhirnya nanti) dan wudhu saya pun akan batal kalau sampai saya muntah. Nanti waktunya maghrib saya akan coba duduk, begitu rencana awal saya.

Maghrib tiba, goncangan kapal tidak ada reda-reda-nya. Saya tunggu beberapa saat lagi, mungkin ketika kapal sudah memasuki beberapa area sekitar pulau-pulau kecil, angin dan goncangan kapal akan mereda. Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi-jadi. Sampai akhirnya saya putuskan, baiklah, saya sholat saja sekarang.

Saya coba duduk mengikuti arah ranjang saja dan mulai sholat maghrib. Namun hanya beberapa detik setelah takbiratul ihram, isi perut saya mendadak seperti hendak keluar. Saya membatalkan sholat saya. Berbaring kembali. Mengatur napas baik-baik. Mulai duduk lagi untuk persiapan sholat, tapi lagi-lagi rasa mual tiba-tiba muncul. Waduh, bagaimana ini!

Beberapa saat saya berpikir, kalau tidak segera sholat dan memaksa tidur, mungkin saya akan segera batal atau bahkan muntah. Nah, akhirnya diputuskan, mungkin saya harus sholat dalam keadaan berbaring. Dan,  inilah satu-satunya sepanjang hidup saya, pengalaman saya sholat sambil berbaring.

Cukup janggal bagi saya, namun saya berpikir situasi ini termasuk yang dibolehkan. Sedari kecil kami selalu diajarkan bahwa sholat sambil berbaring dilakukan biasanya ketika kita sakit sehingga tak kuat lagi duduk, jadi untuk selemah-lemahnya tubuh yang masih sadar. Saya hanya berharap saat itu, mudah-mudahan sholat sambil berbaring yang saya lakukan ini tetap sah dan diterima oleh Allah sebagai salah satu bentuk keadaan darurat yang  syar'i.

Akhirnya, sholat maghrib jama' takdim qosor isya pun selesai. Namun belum selesai untuk goncangan-guncangan keras Laut Sulawesi ini. Saya pun memaksa diri tidur, dengan tetap memakai jaket pelampung tentunya, yang alhamdulillah berhasil. Dan ketika bangun, belum pagi seperti yang diharapkan. Bangun karena perut terasa lapar. Namun setidaknya suasana kapal sudah lebih stabil tanda kapal telah memasuki gugusan nusa utara di Sulawesi. Beberapa suara beberapa penumpang pun telah terdengar dari luar kabin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun