Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Mengunjungi Lembah Napu nan Subur (Bagian 1)

24 Januari 2021   19:30 Diperbarui: 24 Januari 2021   19:50 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun bibit desa yang dikelola oleh kelompok tani hutan Tomanutu di Desa Sedoa (Foto: @Hanom Bashari)

Pendekatan agroforestry merupakan salah satu skema yang dikembangkan dalam proyek FP III ini. Kebun dengan hasil yang produktif diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan pendapatan masyarakat di masa mendatang. Sedangkan kombinasi tanaman kayu-kayuan, diharapkan dapat membangun struktur dan strata kebun mereka menjadi serupa ekosistem hutan yang banyak manfaat, baik dari segi konservasi keragaman hayati maupun konservasi tanah dan air di area tersebut. Penguatan daeah aliran sungai atau DAS yang meliputi DAS Lariang dan DAS Palu merupakan salah satu tujuan utama proyek FP III ini.

Hal yang unik dari FP III ini adalah kentalnya prinsip partisipatif dan pendampingan. Pendekatan skema agroforestry tidak selamanya dipahami oleh semua masyarakat sekitar hutan. Mereka sangat tergantung oleh alam. Mereka butuh hasil perkebunan dan pertanian yang produktif, yang sesuai dengan pola atau kebiasaan usaha perkebunan mereka.

Skema agroforestry ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih sendiri, jenis-jenis pohon pertanian apa yang mereka butuhkan dan diinginkan. Proyek akan memfasiltasi kebutuhan bibit tersebut. Di sinilah peran Lanus, Sisi, Ida, dan kawan-kawan para fasiliator desa lainnya dalam proyek ini, untuk mendampingi dan menjembatani kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan keinginan masyarakat tersebut.

Proyek berusaha memfasiltasi kebutuhan bibit tersebut kemudian dikembangkan kembali dalam konsep pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat, dalam hal ini kelompok. Para anggota kelompok dibekali berbagai  pelatihan teknis, seperti pembuatan kebun bibit yang baik, pemilihan pohon indukan yang unggul, teknik sambung pucuk, pembuatan pupuk kompos, dan sebagainya.

Kelompok-kelompok ini pun akhirnya mengukur diri. Jenis-jenis yang mampu mereka produksi sendiri, maka mereka kembangkan sendiri dalam kebun bibit mereka. Sedangkan kekurangan jumlah dari target penanaman, mau tidak mau harus mereka beli dari pihak lain.

Pak Salmon, Pak Sayuti, dan Pak Idris hanya beberapa orang dari seribu orang lebih, tergabung dalam puluhan kelompok yang terbentuk untuk mendukung proyek FP III di lanskap Lore Lindu ini.  Mereka bergerak tidak saja untuk skema agroforestry ini, namun juga dengan berbagai program lain seperti Hutan Rakyat, Rehabilitasi Hutan Lindung, Perhutanan Sosial, Kesepakatan Konservasi Masyarakat, Penguatan Peran Perempuan, dan sebagainya.

Sore itu kami keburu magrib saat masih di jalan. Walaupun pusat ekonomi di kecamatan, Desa Wuasa tetaplah seperti semua desa lain, cepat berangsur sepi ketika hari memasuki malam. Kami singgah sholat sebentar di masjid Desa Wuasa yang sedang direnovasi. Kami terlambat karena sholat magrib berjamah tepat selesai setelah kami selesai berwudhu. Om Donatus menunggu kami di mobil. Selesai sholat, kami kembali singgah sebentar di apotik mencari tolak angin, kemudian kembali malam itu ke tempat kami menginap yang tak jauh dari masjid tadi.

Bersambung ke bagian kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun