Kita tidak dapat memprediksi takdir akan berjalan seperti apa. Apa yang terjadi di hari esok, mengapa kita ada di posisi saat ini, dimana jati diri kita yang sebenarnya, bagaimana roda kehidupan berputar hingga alasan satu manusia bertemu dengan manusia lainnya dan sama hal nya ketika aku bertemu denganmu. Ini juga bagian dari takdir yang tidak pernah kupikirkan akan terjadi sebelumnya.
Kamu tahu? Bisa mengenalmu dan jatuh cinta padamu adalah satu kebetulan yang tak disengaja dan mungkin akan selalu terkenang sepanjang perjalanan 2023. Apa kamu pernah terpikirkan akan bertemu denganku, orang istimewaku?
Kalau kata Nadin Amizah, semenjak bertemu denganmu, semua aku dirayakan.
Hal-hal kecil yang biasanya aku lakukan sendiri kini aku menjalaninya bersamamu.
Hal yang aku pikir aku tidak perlu mencobanya tapi aku merasakan itu kini denganmu dan dengan yang dulu kupikir jika sendirian itu menyenangkan ternyata berdua itu tidak buruk juga apalagi karena itu ada kamu di dalamnya.
Darimana semua ini bermula?Â
Ingatkah kamu, saat kamu pertama kali mengirim pesan di Instagram dan bertanya perihal pendaftaran kampus ke second account Instagram milikku?
Lucu rasanya, mengingat bukan satu dua orang yang kala itu bertanya hal yang sama padaku. Entah apa alasannya, apa karena kurang literasi padahal sudah terpampang jelas pada flyer pendaftaran bisa-bisanya masih bertanya hal yang tidak perlu dipertanyakan.Â
Namun, untukmu, aku tidak menganggap begitu.Â
Sekali lagi, ini karena takdir yang membawa kita sampai hari ini lewat Ma'soem University (MU).
Masih teringat jelas saat kamu memanggilku untuk pertama kalinya dengan sebutan,"kak" apa pernah terlintas di kepalamu seseorang yang kamu panggil, "kak" di kemudian hari kamu panggil ia menjadi, "sayang"?Â
Sangat plot twist, bukan?
Aku juga masih mengingat saat itu, kupikir pesan antar kita hanya akan sampai pada pembahasan prosedur pendaftaran ternyata tidak demikian. Kita memiliki beberapa kesamaan bahkan saat baru berkenalan kamu memilih program studi yang sama denganku itu yang pertama, lalu, yang kedua rupanya kita sama-sama menunda masa belajar satu tahun setelah SMA.Â
Senang sekali mendengar ada seseorang yang sama-sama satu angkatan dan sejak saat itu kita sering berbalas pesan lewat Instagram dan saat dirasa cukup mengenal satu sama lain dan kupikir kamu pria baik-baik sehingga kuberanikan untuk berlanjut pesan di WhatsApp. Tentunya yang lebih privat dari sebelumnya.
Sempat terpikirkan olehku apa ini tidak masalah mengingat kita belum pernah bertemu sebelumnya tapi sudah terlibat percakapan yang kupikir cukup mendalam ini?Â
Tapi aku juga tidak tahu apa yang membuatku berharap besar jika mungkin kita bisa bertemu untuk saling mengenalkan diri secara langsung. Kamu asik saat di media sosial. Aku berharap hal yang sama jika seandainya kita bertemu.Â
Tidak masalah kita tidak sekelas kedepannya akan kecil mungkin peluangnya.
Setidaknya cukup untuk saling menyapa saja dan hanya itu saja yang ada dalam pikiranku. Tidak terlintas untuk terjalin dalam suatu hubungan yang intens seperti saat ini.
Waktu terus berjalan dan proses pendaftaran masih berlanjut dan sampai saat itu juga kita masih terhubung satu sama lain serta saling memberikan semangat agar selalu diberikan kemudahan dan lolos pada tahap berikutnya sampai pengumuman akhir.
Menyenangkan ya, rasanya bisa bertumbuh bersama?
Baik sekali tuhan kepadaku saat itu karena aku dinyatakan lolos hingga pengumuman akhir dan kabar baik datang darimu juga saat ku dengarkan kamu pun sama berhasil hingga tahap akhir. Tak sampai disitu, peluang kita untuk bertemu semakin besar saat tahu jika ternyata kita dinyatakan sekelas.
Saat pertama bertemu denganmu ternyata dugaanku salah, kamu tidak seasik itu ternyata. Kamu kaku tapi untungnya itu tidak berlangsung lama. Kamu selalu memposisikan dirimu seperti orang lain yang baru mengenalku di kelas. Tapi tidak saat sedang berdua, wajahmu yang selalu salah tingkah setiap kali aku tersenyum padamu bahkan hingga hari ini.
Lucu. Aku semakin suka menggodamu.
Tidak menyangka juga ternyata kita pulang dari kampus melewati arah yang sama sebelum akhirnya aku berbelok ke arah lainnya lagi. Selalu senang dan hampir tidak pernah menolak saat kamu mengajakku untuk pulang bersama. Menikmati indahnya cuaca sore hari di tengah kemacetan daerah Jatinangor serta hiruk-pikuk bubaran orang pabrik sekitaran Rancaekek.Â
Tidak terlewatkan juga dengan angkot hijau yang berjejeran layaknya ulat bulu memenuhi sekitaran pabrik atau saat kulihat banyak buruh pabrik yang menggunakan sepeda sebagai kendaraan mereka. Masih kamu ingat? Aku pernah bertanya padamu tentang itu, tentang, "Sepeda yang mereka pakai itu sepeda sendiri atau sewa ya? Soalnya kok banyak banget, ya?"
Lucunya kamu tidak pernah bosan menanggapi pertanyaan konyol yang tiba-tiba terlintas begitu saja di kepala ku meskipun aku menyadari kamu sedang fokus berkendara.
Yang paling indah saat pulang sore hari adalah ketika melihat senja berwarna oranye di ufuk barat tepat di hadapan kita dan bertepatan dengan terbenamnya matahari secara perlahan. Tahu apa yang membuatku salah tingkah saat berkendara di belakangmu?
Saat kamu mengarahkan posisi spion tepat ke arahku. Sejujurnya, aku tidak bisa menahan senyum ataupun menahan emosi yang ada dalam perasaanku. Terlebih semua itu terjadi saat kita tengah berbincang sederhana mengulas apa saja yang sudah terjadi seharian itu. Motoran denganmu sambil bercerita ngalor ngidul sampai aku merasa kalau kita selamanya seperti ini adalah hal yang selalu aku harapkan.
Bagaimana dengan kamu? Apa kamu juga mengharapkan hal yang sama?
Sampai akhirnya aku menyadari jika apa yang kita lalui ini tidak layak jika dikatakan sebagai teman. Tapi kita lebih dari teman. Semua itu terbukti saat kamu pertama kali mengutarakan perasaanmu saat itu. Disaat itu juga aku kembali menemukan era jatuh cintaku dan yang membawa semua itu adalah seorang lelaki bernama Rifki atau aku biasa memanggilnya Iki.Â
Hingga sampailah kita di titik ini.
Titik yang tidak aku kira aku akan melaluinya. Titik yang tidak terpikirkan jika aku akan mengalaminya. Semua karena Rifki.Â
Kamu pria baik dimataku, Rifki. Senang melihat dirimu yang apa adanya. Senang melihatmu bergulat dengan hobimu yaitu olahraga. Apalagi jika mengingat event kampus Meseo Cup 2023 yang dimana kamu menjadi bagian dari salah satu tim pada cabang perlombaan olahraga voli. Senang menjadi bagian dari perjalananmu saat itu hingga aku tidak menyangka seorang mahasiswa baru menjadi juara tim nya dan hebatnya lagi kamu mendapatkan gelar sebagai pemain terbaik saat itu dari sekian banyaknya peserta yang ada.
Melihat kamu berjalan menuju mimbar dan menerima penghargaan dalam hati aku berkata," Betapa hebatnya lelakiku!"Â
Yang paling terharu adalah ketika kamu mau berbagai kemenangan denganku dan mengatakan jika dengan kehadiranku membuatmu selalu menang di setiap babak dan melibatkanku dalam kemenanganmu saat itu. Aku tidak berharap pengakuan itu dan aku juga menyadari itu bukan karena keberadaanku yang membuatmu menang tapi karena kepercayaan yang ada dalam dirimu dan karena kemampuanmu menaklukkan lawan. Tapi, kamu melakukannya. Semakin menjadi-jadi perasaan sukaku padamu, Ki.
Aku senang melihatmu yang seperti ini. Tetaplah jadi dirimu sendiri dengan setiap potensimu yang hebat itu. Aku menyukaimu tidak hanya berdasarkan apa yang kulihat dengan mataku dan kamu tidak melihat itu. Namun, intinya, aku menyukaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H