Mohon tunggu...
Hana Ulumi
Hana Ulumi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa sosiologi UIN Walisongo Semarang

membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Agama dan Kebudayaan Jawa pada Masyarakat Modern

10 September 2023   16:52 Diperbarui: 10 September 2023   16:56 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Agama dan Kebudaya Jawa Pada Masayarakat Modern

Oleh: Siti Rohana

Indonesia merupakan  negara dengan keberagaman yang sangat besar, tidak hanya tercermin dari banyaknya pulau yang bersatu dalam satu pemerintahan negara, namun juga dari keberagaman warna kulit, bahasa, suku, agama, dan budaya.Indonesia merupakan  negara dengan keberagaman yang sangat besar, tidak hanya tercermin dari banyaknya pulau yang bersatu dalam satu pemerintahan negara, namun juga dari keberagaman warna kulit, bahasa, suku, agama, dan budaya. (Mubit 2016)

Kebudayaan sering dipahami sebagai suatu kebiasaan yang ada dalam masyarakat, adapun pengertian budaya paling terkenal di kalangan kritikus budaya Indonesia yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat adalah sebagai berikut: “Segala gagasan, tindakan, dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat menjadi milik  manusia melalui pembelajaran.” Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, hal ini sangat mempengaruhi kebudayaan.(Ahwan Fanani 2020) Agama dan budaya Jawa telah menjadi bagian integral  kehidupan masyarakat  Jawa sejak zaman dahulu. Meskipun masyarakat Jawa telah mengalami perubahan  signifikan selama dua abad terakhir,  peran agama dan budaya Jawa tetap menjadi pilar utama dalam pembentukan masyarakat modern.

Agama Jawa yang sebagian besar berlandaskan ajaran Jawa dan Islam memberikan pedoman moral yang kuat bagi masyarakat Jawa. Agama mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerendahan hati, gotong royong, dan menghargai. Nilai-nilai tersebut memberikan landasan moral dan etika  yang penting untuk menjaga keharmonisan sosial dan perilaku  baik dalam masyarakat. Agama juga berperan penting dalam mempengaruhi keputusan individu dalam berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, karir, pernikahan dan politik. Agama ini mendorong masyarakat Jawa untuk hidup sesuai  ajarannya, menjadi individu yang bertanggung jawab, dan mengedepankan keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu, agama memberikan nilai-nilai yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang adil, demokratis, dan berkeadilan.

 Dalam perspektif sosiologi, agama dipandang sebagai suatu sistem kepercayaan yang diungkapkan dalam perilaku sosial tertentu. Agama berkaitan dengan pengalaman manusia, baik secara individu maupun kolektif. Agama merupakan salah satu kebutuhan manusia. Namun di sisi lain, agama  seringkali gagal memenuhi kebutuhan manusia. Terutama kebutuhan manusia di era post modern. Akibatnya, banyak orang yang meninggalkan agama atau  sekadar memanfaatkan agama untuk memuaskan dahaga rohaninya. Dalam suatu masyarakat, agama merupakan salah satu faktor yang menunjang kehidupan, khususnya kehidupan spiritual. Meski demikian tidak menutup kemungkinan di kemudian hari agama akan menjadi sebuah tradisi yang bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan kuno yang sudah ada dalam suatu masyarakat. Kebiasaan ini diturunkan dari generasi ke generasi sehingga tidak mudah untuk menyerah. Kebudayaan Jawa merupakan warisan budaya yang kaya dari nenek moyang terdahulu, meliputi bahasa tradisional Jawa, kesenian, tata cara  dan tradisi. Perkembangan masyarakat modern tidak menghilangkan kebudayaan Jawa namun menjadikannya sebagai sumber daya  berharga dalam menghadapi perubahan zaman. Kebudayaan Jawa mempunyai banyak nilai-nilai positif yang dapat diserap oleh masyarakat modern. Misalnya, konsep gotong royong yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dapat menjadi jembatan kokoh dalam memperkuat hubungan sosial dan membangun komunitas yang kuat. Selain itu, ajaran tradisional Jawa tentang menghormati orang tua dan leluhur juga berperan dalam menjaga nilai-nilai kekeluargaan yang  penting dalam masyarakat modern.

 Dampak  agama dan budaya Jawa terhadap masyarakat modern telah membentuk pembentukan identitas yang kuat dan bertahan lama. Identitas ini menimbulkan rasa bangga dan memiliki sehingga turut mempererat ikatan sosial antar anggota masyarakat Jawa. Identitas budaya ini juga mendukung pembangunan ekonomi, pariwisata, dan kegiatan budaya dan seni  di Jawa. Kemudian kebiasaan-kebiasaan tradisional ini bertemu dengan agama. Keduanya memiliki kekuatan untuk berdiri. Tradisi menjadi kuat karena diwariskan dari generasi ke generasi. Agama hadir untuk membawa kebenaran berdasarkan kitab suci. Begitu “dikawinkan”, keduanya bisa menjadi saling bersimbiosis atau sebaliknya, justru bertolak belakang satu sama lain. Dalam setiap wilayah tradisi besar (Tradisi Tinggi), kita juga harus mencermati tradisi-tradisi kecil (Tradisi Rendah) yang menyertainya. Di Eropa terdapat tradisi Katolik dan Protestan, sedangkan  dalam tradisi Protestan pun terdapat sekte dan tradisinya sendiri; di Timur Tengah terdapat tradisi Muslim Sunni dan Syiah; Dalam agama Buddha ada Hinayana dan Mahayana. Di kalangan Sunni Asia Selatan, terdapat sekte – belum lagi tradisi seperti Ahmadiyah, Deoband, Jamaah Tabligh, Taliban dan lain-lain. Di lingkungan komunitas Sunni Indonesia, masih terdapat berbagai organisasi yang menjadi wadah untuk mengekspresikan diri dan mengkomunikasikan aspirasi kelompoknya(Mubit 2016)

Modernisasi memang menjadi dasar bagi pembangunan nasional pengaruh industrialisasi dan revolusi industri sulit untuk dihindari. Persoalan yang mendasar adalah bukan menolak pem- bangunan, melainkan bagaimana menyesuaikan diri dengan pem bangunan seraya tetap memelihara nilai luhur kemanusiaan dan kebudayaan. Budaya Jawa tradisional cenderung lebih melihat ke masa lalu dan menjadi masa lalu sebagai model bagi kehidupan yang ideal. Namun, masa lalu sebenarnya juga tidak sepenuhnya ideal dan sesuai dengan masa sekarang. Budaya Jawa terbentuk pada masa pra-modern. Nilai- nilai budaya Jawa yang dominan berkembang dari masyarakat agraris dengan sumber pada cara pandang agraris mengenai harmoni, rukun, dan keseimbangan. Kerajaan-kerajaan Jawa banyak berpengaruh dalam pembentukan budaya Jawa karena keraton adalah pusat norma, budaya, hukum, etika, sastra, dan keseniang. Barang tentu, budaya Jawa tidak bisa direduksi hanya sebagai produk keraton karena di tiap-tiap kampung atau desa ada kreativitas kebudayaan Secara umum, perkembangan keraton bisa dibagi menjadi dua pusat, yaitu wilayah pedalaman dan pesisiran. Wilayah pedalaman sangat kuat dipengaruhi budaya pertanian, yang menekankan harmoni dengan alam, sedangkan wilayah pesisiran adalah wilayah yang banyak dipengaruhi perdagangan dan hubungan kosmopolit. Kerajaan-kerajaan Jawa ada yang terbentuk di wilayah pesisiran, seperti Kalingga, Majapahit, dan Demak dan ada pula yang berkembang di pedalaman, seperti kerajaan Mataram Hindu, Daha, Singasari, Pajang, dan Mataram Islam. Tantangan bagi budaya Jawa adalah menyesuikan peninggal- an masa lalu yang berakar dari masyarakat pra-modern ke alam modern, dari masyarakat industri ke masyarakat industri, bahkan post-industri. Ada beberapa elemen yang harus berubah dalam masyarakat Jawa dan ada elemen yang perlu dipertahankan agar masyarakat Jawa tidak kehilangan jati dirinya.Ada mentalitas yang dibutuhkan untuk pembangunan, yaitu orientasi ke depan, penggunaan teknologi untuk pemanfataan sumber daya sebaik-baiknya, dan kompetisi antarbangsa di dunia. mentalitas itu menjadi bagian tidak terpisahkan dari mentalitas pembangunan.

Koentjaraningrat menegaskan bahwa modernisasi adalah upaya untuk hidup dalam konteks dan konstelasi sekarang. Ia berkeberatan dengan pemaknaan modernisasi dengan westernisasi karena tuntutan penyesuaian itu adalah fenomena umum. Tuntutan untuk hidup dalam zaman dan peta sekarang menuntut perubahan atau penyesuaian mentalitas yang sesuai de- ngan tuntutan saat ini. Contohnya adalah mentalitas feodal yang bangga dengan kedudukan sosial hasil warisan meski ia tidak ber- kompeten, tidak berdisiplin, dan tidak ulet dalam mengatasi tan- tangan jelas harus diubah agar bisa berkompetisi dengan bangsa- bangsa lain. Unsur kebudayaan dari Barat yang baik diambil dan ditiru, tetapi gaya hidup yang tidak sesuai tidak perlu ditiru. Minum- minuman keras, dansa-dansi, dan LGBT adalah kerak-kerak kebudayaan yang berasal dari pengaruh modernitas yang tidak perlu ditiru. Demikian pula dengan pola hidup hedonis yang hanya mengejar kesenangan duniawi.(Ahwan Fanani 2020)

Agama dan budaya tetap bisa digunakan sebagai kontrol atas gaya hidup yang tidak perlukan untuk kemajuan. Agama dan buda- ya menjadi kekuatan kontrol agar masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma yang baik yang hidup di masyarakat Jawa. Aga- ma memiliki legitimasi kuat karena kebudayaan Jawa tidak lepas dari unsur spiritualitas. Manusia Jawa pada dasarnya sangat spiri- tual dan meyakini kekuatan supranatural. Agama (Islam) menye- diakan penjelasan yang benar mengenai penguasan semesta dan sumber dari kekuatan supranatural. Islam juga menyediakan landasan moral bagi pembangunan masyarakat agar orientasi hidup tidak hanya mengejar kebahagiaan duniawi, tetapi juga mencapai kebahagiaan ukhrawi. Kebudayaan dengan local genius-nya diperlukan agar dalam perubahan masyarakat tidak kehilangan kepribadiannya. Local genius yang hidup dalam masyarakat berupa sikap, persepsi, dan cara hidup. Perkembangan kebudayaan yang sehat terjad melalui dialog antara tantangan dan kemampuan merespons. Tantangan di sini adalah modernitas dan perkembangan cepat teknologi, baik teknologi untuk industri, teknologi transportasi, maupun teknologi informasi. Sementara respin adalah kapasitas manusia Jawa dan Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan tantangan tersebut. Apabila kemampuan responsnya rendah, maka kebudayaan lokal akan terdesak dan hilang. Sebaliknya, apabila tantangan kecil dan respons berlebihan (terlalu besar) maka perkembangan masyarakat berjalan lambat karena tidak tumbuh kreativitas untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Kebudayaan Jawa yang dipengaruhi kebudayaan India cende rung bersikap esoteris dan mudah berorientasi kepada yang trans- enden. Warisan kebudayaan India itu apabila tidak diiringi dengan keterbukaan dan pembangunan dunia nyata akan membawa ke sulitan untuk mengajak masyarakat bersifat produktif, maju, dan positif terhadap teknologi.(Ahwan Fanani 2020)

            Agama dan budaya Jawa berperan penting dalam membentuk identitas masyarakat Jawa. Meski masyarakat modern cenderung lebih terbuka terhadap pengaruh luar,  agama dan budaya Jawa tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Berikut  beberapa peran agama dan budaya Jawa dalam masyarakat modern:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun