Globalisasi berdampak pada segala aspek kehidupan manusia. Arus globalisasi akan menimbulkan culture shock terhadap suatu bangsa yang tidak siap menghadapi tantangan globalisasi. Hal ini dapat terjadi mengingat adanya globalisasi mengakibatkan memudarnya batas-batas antarnegara. Oleh karena itu, pendidikan berperan penting untuk membentuk dan meningkatkan kualitas masyarakat agar dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan bijak.
Pendidikan merupakan proses sosialiasi ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan budaya yang bertujuan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas diri sebagai makhluk Tuhan dan anggota masyarakat dengan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan; serta membentuk karakter peserta didik. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Diharapkan peserta didik dapat memanfaatkan pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang dimiliki oleh peserta didik untuk dapat beradaptasi dalam segala kondisi. Dengan begitu, masyarakat tidak mengalami disorganisasi sosial, culture shock ataupun culture lag yang diakibatkan oleh berbagai isu dari dalam maupun luar negeri. Bangsa Indonesia turut serta dalam menghadapi isu tersebut di tengah pergaulan antarnegara yang semakin kompleks di era globalisasi. Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Alinea ke-IV, Indonesia turut melaksanakan ketertiban dunia. Selain itu, prinsip politik bebas dan aktif. Bebas dengan tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang ingin berseteru dan aktif dalam hubungan internasional guna mewujudkan ketertiban dunia.
Tujuan-tujuan dari pendidikan di atas sejalan dengan kerangka kompetensi abad 21 (21st century skills eduation competitiveness partnership for 21st century 2008). Secara garis besar menunjukkan bahwa berpengetahuan saja tidak cukup, akan tetapi harus dilengkapi dengan kemampuan kreatif, kritis, dan berkarakter kuat (bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif, dan lain-lain). Di samping itu, di dukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan komunikasi. Apabila pendidikan Indonesia sudah sesuai dengana tujuan pendidikan dan kerangka abad 21, maka Indonesia akan mampu dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi.Â
Salah satu dampak globalisasi adalah modernisasi. Pendidikan pun di rasa perlu berubah dari pedagogik tradisional ke pedagogik modern (pedagogik transformatif). Penggunaan pedagogik modern agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Oleh karena itu, sebaiknya kuantitas diikuti dengan kualitas agar negara tersebut mampu menghadapi tantangan globalisasi dengan baik.
Dalam pedagogik modern individu bukanlah sekedar menerima, melainkan nilai-nilai tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktf dan partisipatif di dalam aktivitas sosial budaya di lingkungannya. Pandangan pedagogik transformatif terhadap individu adalah sesuatu yang sedang menjadi. Dalam artian individu belum memiliki apa-apa sebelum melalui proses aktif yang dilakukan oleh dirinya. Guru berperan sebagai fasilitator, selebihnya individulah yang menjadi point center dalam pendidikan transformatif tersebut.
Globalisasi menyebabkan suatu perubahan dapat terjadi secara tiba-tiba sehingga memaksa individu untuk mengambil sikap agar dapat beradaptasi dengan perubahan. Salah satu landasan dalam mengambil keputusan dengan memerhatikan perjalanan sejarah negara tersebut dan perkembangan ilmu pengetahuan. Apakah masyarakat Indonesia mampu menguasai ilmu pengetahuan? Kita sebagai generasi muda tidak rela jika bangsa Indonesia diperbudak, maka kita harus mempersiapkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter, dan menguasai teknologi. Untuk mendapatkan hal tersebut tidak dapat terlepas dari peran institusi sosial, khususnya lembaga pendidikan dalam menghasikan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.Â
Dalam menghadapi globalisasi masyarakat tidak boleh stagnan, akan tetapi selalu berusaha untuk beradaptasi ke arah positif dengan perkembangan zaman. Dalam HAR Tilaar 2004, banyak ahli melihat bahwa perkembangan suatu masyarakat memerlukan berbagai jenis modal yang berupa bangunan, pabrik, mesin-mesin, dan tanah. Namun, modal dapat juga berupa yang tak kelihatan (intangible). Intangible dapat berupa modal budaya (cultural capital) dan sosial. Selain dua jenis modal tersebut ada pula modal intelektual yang dikemukakan oleh Thomas A. Stewart di dalam bukunya The Wealth of Knowledge: Intellectual capital and 21st Century Organizations (2001).Â
Modal budaya merupakan rasa, karsa, dan cita masyarakat yang mampu menghasilkan sesuatu  untuk mempertahankan dan meningkatkan perkembangan hidupnya. Modal sosial dapat berupa social skill. Misalnya kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi, berinteraksi, peka terhadap fenomena sosial, dan mampu memberikan solusi atas permasalahan sosial yang terjadi. Modal intelektual dapat berupa ilmu pengetahuan sebagai sumber inovasi dan informasi.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan semakin menentukan sikap dan perilaku suatu bangsa dalam menghadapai globalisasi. Pendidikan dapat memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang kuat yang dibutuhkan dalam kecapakan abad 21 dan menghadapi tantangan globalisasi. Salah satu proses pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas peserta didik yaitu dengan pedagogik modern.
Namun, harus ditanamkan pula ilmu tanpa moral akan lebih membawa manusia pada masa depan di dalam kegamangan tanpa tepi. Ilmu pengetahuan yang dilandasi moral akan memberikan isi dan bobot dari perkembangan ilmu pengetahuan serta masyarakat ke arah yang lebih manusiawi. Dibutuhkan implementasi misi pendidikan yang mengarah pada pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam ilmu pengetahuan, karakter maupun penguasaan teknologinya. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka seluruh elemen bangsa harus bersinergi, fokus pada pemecahan masalah pendidikan yang masih kompleks dan memberi solusi yang efektif. Juga kesadaran masyarakat akan era globalisasi yang menuntut peran aktif dari masyarakat agar dapat bertahan hidup, tidak tergerus oleh zaman dan tidak diperbudak oleh bangsa lain di tengah kehidupan global. Indonesia harus tetap eksis dalam pergaulan di kancah internasional dengan berlandaskan identitas bangsa agar tetap terbuka dan selektif terhadap kebudayaan luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Sumber:
Ahmadi, Abu. 2018. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Â
Idi, Abdullah dan Safarina. 2019. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Depok: Rajawali pers.
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. 2013. Jakarta: Rineka Cipta.
Suardi, Moh. 2017. Sosiologi Pendidikan: Pendidikan dan Tantangan Kehidupan. Yogyakarta: Parama Ilmu.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H