Pada zaman dahulu, jurnalisme bersifat hierarkis, linear dan banyak orang yang terlibat didalamnya.
Seorang jurnalis harus melakukan proses news gathering, meliputi peristiwa yang sedang terjadi di lapangan, melakukan editing penulisan, hingga publikasi tulisan.
Setiap saatnya jurnalisme akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Belum tentu jurnalisme masa kini akan sama dengan jurnalisme di masa depan nanti.
Dengan begitu, untuk setiap waktunya jurnalisme akan berbeda.
Lalu, bagaimana keadaan jurnalisme masa kini dan masa depan? Yuk, disimak sampai selesai
Jurnalisme Masa Kini
Saat ini jurnalisme perlahan-lahan beranjak ke model horizontal transaksional.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa dahulu jurnalisme melibatkan banyak orang.
Tampaknya masih sama seperti yang sekarang, dimana audiens sudah tidak lagi pasif tetapi aktif. Mereka tidak hanya sebagai penerima berita, melainkan pembuat berita.
Dengan begitu, yang menulis berita tidak hanya mereka yang profesional dalam pers. Tetapi, untuk saat ini mereka yang hanya orang biasa pun bisa ikut menulis berita.
Selain itu, audiens dapat menerima berita dimana pun dan kapan pun, dikarenakan adanya bantuan jaringan.
Jurnalisme saat ini hadir dengan empat gaya penulisan berita, yakni:
- Opini, penulisan beritanya sangat subjektif. Misalnya, surat kabar harian.
- Kolaborasi, kerjasama dan penggabungan informasi dari jurnalis profesional dan warga menjadi satu tulisan berita.
- Sindikasi, berita ditulis dan diproduksi oleh jurnalis, selanjutnya akan dijual melalui agensi penulis berita untuk menyebarluaskan berita tersebut. Misalnya, Detik.com
- Lapdog, berita ini lebih mendukung pemerintah (berlawanan dengan watch dog).
Jurnalisme Masa Depan
Jika, jurnalisme yang dahulu bersifat linear. Maka, jurnalisme di masa depan tidak. Karena audiens tidak lagi sebagai penerima atau konsumen, tetapi produsen.
Berita tidak hanya disebarkan melalui agensi berita, tetapi melalui media sosial.
Jadi, dapat dikatakan bahwa jurnalisme masa depan akan lebih memanfaatkan internet secara keseluruhan dalam aktivitasnya.
Berita juga tidak hanya berupa tulisan, melainkan bisa saja berupa video atau lain sebagainya yang disaji secara kreatif.
Kemudian, berita yang disajikan pastinya akan memuat banyak informasi. Kedepannya, akurasi berita akan menjadi penting dan akan terpengaruh dengan kecepatan publikasinya.
Dengan begitu, fokus utama jurnalis tidak lagi mengenai nilai berita. Melainkan kecepatan berita.
Pada masa depan akan ada dua cara dalam menyajikan berita, yakni:
1. Curative Journalism.
Terjadi ketika dilakukannya pengumpulan berita dari sumber yang berbeda, yang nantinya akan diolah, serta nantinya akan dikumpulkan menjadi satu wadah.
Adanya cara ini dengan tujuan untuk mempermudah audiens dimasa yang akan datang agar lebih mengkonsumsi berita secara spesifik. Misalnya, Beritagar.
2. Hyper Localisation.
Cara pelaporan berita kepada suatu media lokal mengenai suatu keadaan ataupun peristiwa yang sedang terjadi disuatu daerah. Hal ini dapat disebut juga dengan sebutan citizen journalism.
Selain itu, Hyper localisation journalism hanya bertujuan menunjukan berita hanya untuk dikonsumsi oleh penduduk yang berada pada wilayah tersebut. Misalnya, Tribun Ambon
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa di masa depan nanti para jurnalis akan lebih banyak memberikan kemudahan bagi audiens untuk memberikan dan menerima informasi secara detail.
Karena diperkirakan juga audiens dimasa depan akan lebih cerdas dan kritis.
Maka, media dan jurnalis harus pintar dalam memilih informasi dan menyajikan konten-kontennya, sehingga konten berita yang dipublikasikan bersifat kredibel, bermanfaat dan informatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H