Mohon tunggu...
Hana Safira Andritama
Hana Safira Andritama Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

Namanya adalah Hana Safira Andritama, lahir di Banyuwangi, 24 Oktober 1999, ia adalah anak tunggal dari dua bersaudara, Saat ini ia mengenyam pendidikan di salah satu Institut Negeri Islam di Jember.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Apa Itu Rasa?

30 Maret 2021   05:50 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:07 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Tentang apa Itu Rasa....?"

Rasa itu tidak boleh berlebihan rasa apapun itu entah rasa suka, rasa cinta, rasa benci dan lain sebagainya bisa dikatakan dalam  bahasa arab itu isyrof dan kita ketahui bahwa hal-hal yang berlebihan itu tidaklah baik. Seperti halnya kita menyukai seseorang, menyukai benda yang ada disekeliling kita yang biasanya dilihat dari sisi unique nya jadi banyak orang yang suka dan tertarik untuk mengoleksinya. Dan biasanya orang yang mengoleksi benda-benda yang unique itu seperti benda-benda kuno yang sekarang jarang dijumpai. 

Seperti halnya keris, patung-patung, dan benda-benda keramat yang lainnya. Jika itu hanya suka sekedarnya pasti orang lain yang merespontnya akan biasah saja atau sewajarnya tapi jika itu berlebihan orang lain pun menilai atau meresponnya akan lebih atau malah menganggapnya itu aneh dan berlebihan dan apalagi yang dikoleksi benda-benda yang keramat atau mistis pasti orang lain beranggapan hal itu terkesan horror. Kita boleh suka terhadap sesuatu tapi dengan catatan janganlah berlebihan karena nanti akan timbul yang namanya hal negative. 

Contoh : jika kita sangatlah cinta terhadap seseorang yang rasa-rasanya itu memang diciptakan untuk kita sampai-sampai kita rela melakukan apapun demi seseorang tersebut dan ternyata tidak sesuai dengan harapan kita, seseorang terbut pergi dengan orang lain dan hal yang seperti ini menimbulkan rasa benci yang berkepanjangan nah disini sudah terlihat negative yaitu rasa benci dan rasa benci yang berkepanjangan itu juga menimbulkan hal negative pula. Kita tahukan kita beragama islam didalam islam silaturahmi sangatlah dianjurkan. Jika rasa benci itu terus berkepanjangan atau berlarut-larut akan timbul negative yaitu putusnya silaturahmi. Dalam ini tidak menyebutkan pacaran melainkan rasa cinta yang belebihan terhadap seseorang dan dalam hal ini tidak memiliki yang namanya ikatan.

Hal-hal yang seperti ini sering kita jumpai disekeliling kita. Contohnya dalam pertemanan. Iya memang ada istilah teman sejati kemana-kemana selalu bersama atau kemana-kemana harus berdua, jika salah satunya ada masalah itu dibantu dan biasanya walaupun teman nya salah tetap dibela tetap dibenarkan padahal itu jelas-jelas salah itu efek sangking fanatiknya sangking cintanya terhadap temannya. 

Dan disisi lain pernah terjadi perbedaan pendapat sampai bertengkar satu sama lain jika keduanya merespon dengan amarah pasti pertemanan yang katanya sejati akan renggang atau pecah, tapi jikalau meresponya dengan rasa mengalah pasti tidak akan timbul kerenggangan. Maka dari itu kita tidak usah terlalu cinta terhadap teman kita, kita harus menyadari semuanya itu teman. Tapi adakalanya kita nyaman dengan teman kita gara-gara enak diajak curhat atau diajak ngobrol, hal itu boleh tapi ingat kita harus berteman dengan semua. Supaya tidak timbul yang namanya perpecahan pertemanan. Memang ada istilah kita harus memilih teman yang dapat mengajak kita kepada kebaikan tapi bukan berarti kita melupakan teman lain.

Ada contoh lain lagi, kita berasal dari golongan ini dan kita fanatic dengan golongan tersebut sampai-sampai menurut kita, golongan kitalah yang paling baik padahal tidak dan setiap golongan memiliki keunggulan masing-masing tergantung orang lain bagaimana meresponya dan bagaimana menilainya dilihat dari sisi mana saja. Maka dari itu kita harus saling menghargai perbedaan supaya tidak timbul yang namanya perbandingan yang sifatnya mengunggulkan atau menjatuhkan.

Dan dalam konteks keluarga seorang ayah dan seorang ibu pasti sangatlah mencintai anaknya dan sebaliknya seorang anak sangatlah mencintai ayah dan ibunya. Jikalau anak berbuat hal yang salah pasti kedua orang akan membela anaknya sampai anaknya benar. Maka dari itu dalam konteks agama seorang orang tua tidak boleh menjadi saksi untuk anaknya dan sebaliknya seorang anak tidak diperbolehkan menjadi saksi untuk orang tuanya. karena, pasti akan membela akan membenarkan walaupun itu salah karna memiliki ikatan batin ada ikatan anak dan orang tua. Berarti dalam hal ini batasan orang tua mencintai atau menyayangi anaknya pada hal-hal seperti ini intinya tidak boleh berlebihan.

Ada istilah benci bilang cinta dan cinta bilang benci. Manusia engga akan lepas dari hal tersebut hidup akan terasa hambar dan tidak berwarna. Misalnya cinta terhadap seseorang ya udah cinta saja tidak ada emosi didalamnya maksutnya tidak ada konflik atau yang akan menimbulkan benci dan sebaliknya jika hanya benci ya udah Cuma benci saja tidak ada rasa kasihan tidak ada rasa cinta, hidup rasanya hambar engga ada warna dan rasa. 

Dan rasa yang seperti itu benci bilang cinta dan cinta bilang benci dalam suatu keluarga itu engga selamanya mulus engga selamanya hanya merasakan cinta pasti ada titik jenuh didalamnya dan nanti akan kembali ke rasa cinta dan sayang karena pasti dia akan sadar pasti didalam suatu keluarga ada pasang surutnya, ya kalau hanya rasa cinta saja tanpa benci ya pasti akan bosan karena didalamnya tidak ada rasa emosi.

Dari hal yang diatas tergantung dari kedua belah pihak menanggapinya bagaimana. Jika dalam hubungan keluarga ada masalah sedikit langsung lepas maksutnya langsung menyerah pasti akan timbul perceraian. Tetapi kalau pintar atau faham dalam masalah ini pasti akan mencari jalan keluarnya karena ini sudah mengikat janji dihadapan sang pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun