Kampanye untuk Pemilu 2024 menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 15 Tahun 2023 sudah dimulai sejak 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024 yang kemudian akan dilanjutkan dengan masa tenang selama tiga hari sampai Pemilu 2024 dilaksanakan, yaitu tanggal 14 Februari 2024.
Ketiga pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pun sudah mulai melakukan kampanye dengan berbagai macam cara, mulai dari pertemuan secara terbatas, pertemuan langsung, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga kampanye di tempat umum, dan juga pemanfaatan media sosial.
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL
Media sosial sebagai salah satu sarana dalam melakukan kampanye menjadi salah satu potensi karena media sosial merupakan suatu hal yang digunakan oleh hampir seluruh kalangan. Fitur-fitur yang terdapat pada media sosial membuat berita dengan mudah menyebar ke seluruh penjuru. Melihat kampanye-kampanye sebelumnya, media sosial memberikan pengaruh yang cukup signifikan terutama dalam membentuk persepsi yang berpengaruh terhadap perilaku pemilih.
Per Desember 2023, akun resmi Tiktok Anies Baswedan mempunyai sebanyak 410.800 pengikut dan akun Instagramnya sebanyak 6,2 juta pengikut, sedangkan Prabowo Subianto tidak mempunyai akun resmi Tiktok namun jumlah pengikut di Instagramnya lebih unggul dengan angka 6,7 juta pengikut dan akun resmi Tiktok Ganjar Pranowo mempunyai sebanyak 7,1 juta pengikut pun dengan akun Instagramnya sebanyak 6,4 juta pengikut. Lalu bagaimanakah efektivitas strategi ketiga Calon Presiden (Capres) dalam melakukan kampanye di media sosial terhadap perilaku pemilih?
Strategi Anies Rasyid Baswedan
Dimulai dari calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan. Capres yang memiliki Cawapres  bernama Muhaimin Iskandar dan menyebut diri mereka sebagai AMIN ini menggunakan beberapa media sosial sebagai sarana untuk kampanye dan berinteraksi dengan masyarakat. Media sosial yang digunakan antara lain adalah Tiktok, Instagram, X, Youtube, dan Facebook. Konten yang diunggah oleh Anies di dalam media sosial pun sangat beragam. Sebagai contoh pada akun Tiktok Anies Baswedan yang pada unggahannya terdapat video ketika ia sedang berpidato di acara publik, menjawab pertanyaan, atau bahkan kegiatan sehari-harinya baik sendiri atau bersama keluarga. Terdapat pula video yang dibuat dengan menggunakan unsur yang sedang populer seperti menggunakan audio dengan ungkapan bahasa Korea 'gwenchana' yang dibarengi dengan video orang menangis. Terbaru, terdapat unggahan ketika Anies Baswedan mengunggah foto dirinya hendak menonton serial anime One Piece dengan keluarga. Anies juga melakukan membagikan strateginya untuk menarik perhatian generasi muda dengan cara rutin bertemu dengan anak-anak muda dan menggalang masukan mereka untuk program kerja kedepannya.
Strategi Prabowo Subianto
Selanjutnya adalah calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto. Media sosial yang digunakan oleh Prabowo pun tidak jauh berbeda dengan Anies, yaitu Instagram, X, Youtube, dan Facebook. Konten yang diunggah oleh Prabowo juga sangat beragam. Mulai dari kegiatannya bersama masyarakat, kegiatannya bersama kucing peliharaannya, kegiatannya bersama Gibran sebagai wakilnya, bahkan postingan tentang beberapa makanan. Citra Prabowo yang saat ini terkesan lebih santai pun juga turut diposting pada media-media sosial dan menarik banyak pengguna media sosial untuk melihatnya. Kampanye yang dilakukan oleh Prabowo tidak hanya dilakukan oleh dirinya dan Tim Sukses nya saja, namun juga oleh relawannya. Menurut Bisnis.com, untuk data antara 28 Oktober-26 November 2023, laporan dari Galeri Iklan Meta menunjukkan halaman "Prabowo Subianto" menjadi yang paling banyak mengeluarkan uang untuk beriklan yaitu sebesar Rp 356.232.665 dengan 78 iklan. Prabowo menggunakan strategi yang mengedepankan program-program yang mendukung kaum muda, seperti pengembangan industri kreatif dan menyediakan sarana bagi kaum muda untuk lebih ikut andil dalam politik.
Strategi Ganjar Pranowo
Capres yang terakhir dengan nomor urut tiga adalah Ganjar Pranowo. Media sosial yang digunakan oleh Ganjar juga tidak berbeda dengan Anies dan Prabowo yaitu Tiktok, Instagram, X, Youtube, dan Facebook. Konten yang diunggah oleh Ganjar juga sangat beragam. Mulai dari kegiatannya bersama masyarakat, kegiatannya bersama keluarganya, kegiatannya bersama Mahfud MD sebagai wakilnya, dan lainnya. Strategi Ganjar adalah dengan mengikutsertakan puteranya, Alam Ganjar, untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan kampanyenya. Ia merasa bisa mendapatkan masukan-masukan dari teman-teman anaknya yang merupakan bagian dari pemilih muda.
Efektif kah?
Postingan-postingan yang terkesan santai pada media sosial Anies, Prabowo dan Ganjar kemudian oleh beberapa orang dianggap hanya sebagai cara untuk memikat pemilih muda, mengingat saat ini terdapat sekitar 52% pemilih muda yang di data oleh KPU. Pemilih muda saat ini banyak yang tidak mengetahui dan mengerti tentang apa-apa saja yang menjadi visi dan misi dari setiap pasangan calon. Mereka hanya tertarik pada konten-konten politik yang ringan. Sehingga dalam hal ini banyak sekali pemilih muda yang masih belum menentukan dengan pasti siapa yang akan dipilihnya nanti pada tanggal 14 Februari 2024. Sikap mereka yang masih mengubah-ubah pilihannya dikarenakan mereka mampu dengan mudah mengubah pikirannya. Hal ini dikarenakan suasana hati dan pandangan yang dipengaruhi oleh konten media sosial. Banyaknya informasi yang didapat kemudian akan mempengaruhi pandangan dan pilihan anak muda. Bahkan parahnya, pemilih muda yang mudah mengganti pilihannya akan berpotensi tidak memilih.
Pemilih muda sebenarnya merupakan pemilih yang melek terhadap politik dan sadar akan hak nya untuk berpartisipasi datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Namun, dengan beragamnya konten-konten yang disajikan masing-masing capres kemudian membuat pemilih muda dengan mudahnya akan mengubah pilihan mereka dan menjadikan mereka sebagai pemilih muda yang apatis. Mereka akan menganggap tidak apa-apa jika memang tidak memilih karena merasa siapapun presidennya tidak akan berpengaruh langsung terhadap dirinya.
Hal ini membuktikan bahwa strategi yang digunakan oleh tiga capres masih kurang efektif untuk memikat para pemilih muda. Sebenarnya yang diinginkan oleh pemilih muda adalah aksi nyata yang memberikan manfaat terhadap kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kesehatan. Bukan hanya sekedar retorika belaka saja. Dengan aksi nyata, akan membuat tingkat partisipasi meningkat dan tidak ada lagi pemilih yang golput.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H