OVERVIEW
Data warehouse merupakan sebuah sistem penyimpanan data terpusat yang mendukung aktivitas bisnis seperti analisis, pengambilan keputusan, hingga pelaporan. Pada awalnya data warehouse dikelola secara lokal pada perangkat keras fisik suatu perusahaan atau biasa disebut on-premise data warehouse. Namun berkembangnya data dan informasi yang sangat cepat di era digital ini, teknik pengelolaan data yang efisien menjadi semakin penting. Karena itulah muncul model cloud data warehouse yang penyimpanannya dikelola dalam lingkungan cloud oleh penyedia layanan cloud. Saat ini, penyedia layanan cloud data warehouse sudah banyak, seperti Google BigQuery, Amazon Redshift (AWS), dan Microsoft Azure. Kedua model ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini.
LOKASI PENYIMPANAN DATA
Hal yang pembeda utama antara kedua model tersebut adalah pada on-premise data warehouse, data-data yang diperlukan untuk mengelola data disimpan di lokasi fisik perusahaan. Dengan begitu, pengelolaan data-data tersebut sepenuhnya ditangani oleh perusahaan itu sendiri. Berbeda dengan cloud data warehouse yang lokasi penyimpanannya sesuai dengan namanya, yaitu dikelola dan dijalankan oleh penyedia layanan cloud. Walaupun tempat penyimpanan dan dikelola di luar lokasi perusahaan, pihak perusahaan tetap dapat menggunakan data secara real-time tanpa gangguan.Â
KEAMANAN
On-premise data warehouse memiliki kontrol penuh terhadap data-data yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Hal ini membuatnya dapat menangani data-data penting dan sensitif seperti pada lembaga keuangan atau pemerintahan. Meskipun ada kekhawatiran mengenai keamanan di cloud, penyedia layanan cloud menawarkan solusi keamanan yang lebih baik, seperti autentikasi multifaktor dan jaringan pribadi virtual (VPN).
FLEKSIBILITAS DAN SKALABILITAS
On-premise data warehouse kurang fleksibel dalam menambah atau meningkatkan kapasitas penyimpanannya. Selain itu juga memerlukan investasi tambahan ketika ada pembaruan dan penyesuaian pada perangkat keras maupun sumber daya manusia pengelola. Sebaliknya, pada cloud data warehouse peningkatan dan pengurangan kapasitas dapat dilakukan dengan lebih dinamis. Hal ini memungkinkan sebuah data warehouse menangani beban kerja yang tidak terduga dengan lebih efisien.
PEMELIHARAAN DAN PEMULIHAN
Pada on-premise data warehouse, sebuah perusahaan bertanggung jawab penuh pada pemeliharaan server, perangkat lunak, pencadangan data, hingga pemulihan data yang mungkin saja membutuhkan investasi besar dalam pusat data sekunder. Namun jika menggunakan cloud, pemeliharaan tersebut akan secara otomatis dikelola oleh penyedia layanan cloud. Dengan begitu, pemulihan data ataupun disaster recovery bisa lebih aman dan mengurangi risiko karena data dicadangkan secara asinkron ke berbagai node yang tidak mengganggu operasional.
BIAYA
Tentunya on-premise data warehouse mengeluarkan anggaran yang lebih besar karena di awal memerlukan investasi pada perangkat keras dan pemeliharaan setelahnya. Biaya ini terus berlanjut pada biaya operasional dalam pemeliharaan server, perangkat lunak, hingga SDM untuk pengelolaannya. Sedangkan cloud data warehouse menawarkan biaya yang lebih rendah karena tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk membeli perangkat keras di awal. Biaya operasional yang dikeluarkan hanya berupa ‘sewa’ kepada penyedia cloud berdasarkan hanya apa yang digunakan, sehingga ada penghematan biaya operasional yang dikeluarkan.
BISNIS YANG COCOK
Dari beberapa aspek yang telah dibandingkan diatas, dapat dikatakan bahwa bisnis seperti layanan kesehatan dan sektor keuangan cocok untuk model on-premises data warehouse. Hal ini dikarenakan sektor kesehatan dan keuangan biasanya membutuhkan kontrol ketat pada data untuk memenuhi regulasi yang mengikat sektor bisnis tersebut. Selain itu juga kedua bidang tersebut memerlukan akses penuh dalam mengelola data yang sensitif, seperti data pasien hingga data nasabah. Sektor bisnis lainnya yang dapat diterapkan model ini adalah perusahaan multinasional. Perusahaan ini memungkinkan untuk mengeluarkan anggaran yang besar dalam membangun pusat data dan mempekerjakan tim khusus untuk operasional serta pemeliharaan.
Model cloud data warehouse, biasanya cocok digunakan pada perusahaan rintisan seperti startup di bidang teknologi yang sedang berkembang. Startup tersebut dapat menggunakan kapasitas yang kecil di cloud dan terus meningkat secara bertahap seiring pertumbuhan bisnis mereka tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar di awal. Adapun perusahaan e-commerce yang memerlukan penyimpanan data yang besar untuk transaksi hingga pengiriman pada momen-momen tertentu seperti tanggal kembar. Dengan menggunakan cloud data warehouse, efisiensi kapasitas dapat disesuaikan secara otomatis sesuai kebutuhan. Cloud data warehouse cocok digunakan pada sektor bisnis yang mengarah global seperti perusahaan konsultan. Perusahaan dapat mengakses data klien yang disimpan dalam cloud kapan saja dan dimana saja. Dengan begitu, pekerjaan-pekerjaan seperti analisis performa bisnis klien dan memberikan rekomendasi berdasarkan data dapat dilakukan secara fleksibel.
REFERENCE
Golec, D., Strugar, I., & Belak, D. (2021). The benefits of enterprise data warehouse implementation in cloud vs. on-premises. ENTRENOVA-ENTerprise REsearch InNOVAtion, 7(1), 66-74.
Kahn, M. G., Mui, J. Y., Ames, M. J., Yamsani, A. K., Pozdeyev, N., Rafaels, N., & Brooks, I. M. (2022). Migrating a research data warehouse to a public cloud: challenges and opportunities. Journal of the American Medical Informatics Association, 29(4), 592-600.
Noor, I., Tariq, S. B., Shabbir, A., & Aksa, M. Into the Future with Cloud: A Comparison with On-premises Data Warehouse.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H