Gedung Perpusnas RI setinggi 24 lantai rupanya tidak ada lantai 13. Apa saja isinya?
BAGIÂ pengelola gedung tinggi, kerap ada angka-angka yang dihindari.Â
Misalnya angka 4 dan angka 13. Ketiadaan penomoran angka tersebut bisa dijadi karena adanya anggapan bahwa angka-angka tersebut 'tidak membawa hoki' atau 'angka sial'. Toh apapun alasannya, menurut saya sah-sah saja toh itu menjadi hak pengelola. Namun saya tergelitik, kenapa angka 13 tidak dijadikan nomor salah satu lantai di gedung yang menjadi pusat ilmiah?Â
Soal ketiadaan penomoran lantai 13, saya dapati ketika berkunjung ke Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, akhir Mei lalu. Gedung tinggi 24 lantai ini berdiri megah di kawasan Monas, tepatnya Jalan Merdeka Selatan. Lokasinya sangat strategis dan mudah dijangkau. Begitu mengamati papan direktori pembagian lantai, didapati tidak ada nomor Lantai 13. Diganti dengan direktori 12 A.
Saat saya berkunjung di hari Jumat, terlihat cukup ramai pengunjung. Saat itu sedang ada rombongan mahasiswa serta rombongan outing class murid TK. Kesan pertama yang saya dapatkan, perpusnas cukup modern dan artistik. Juga bersih dan teratur.
Saya dapati ada dua bangunan, yakni bangunan depan dan bangunan belakang yang merupakan gedung utama 24 lantai itu. Di gedung depan, pengunjung disambut dengan rupa-rupa tampilan instalasi seni misalnya Dinding Futuristik, hologram perjalanan bangsa, lukisan dan foto-foto tokoh nasional. Begitu selesai di gedung depan yang merupakan bangunan tua, kemudian terlihat gedung utama bertuliksan 'Perpustakaan Nasional Republik Indonesia'.
Begitu memasuki lantai 1 atau lobby, pajangan koleksi buku-buku serta foto-foto para Presiden Indonesia terlihat menghiasi. Juga terdapat televisi besar berisikan tayangan kegiatan-kegiatan literasi dari pelosok tanah air. Di lantai dasar ini terlihat pajangan buku yang diletakkan di rak tinggi hingga lantai 4. Bagi pengunjung yang membawa tas ataupun bawaan, disarankan untuk menitipkan di loker yang tersedia.
Di lantai 1 ini juga terdapat papan direktori menjelaskan isi tiap lantai dari sebanyak 24 lantai. Untuk akses tiap lantai, dari lantai 1 hingga 4 menggunakan tangga eskalator, sedangkan dari lantai 4 hingga 24 menggunakan lift.
Penasaran dengan fasilitas di Gedung Perpusnas, saya menjelajah di tiap lantai. Dari lantai 1 saya menuju lantai 2. Di Lantai ini ada layanan keanggotaan dan penelusuran informasi. Mumpung di sini, saya mengurus pembuatan Kartu Anggota Perpusnas. Pendaftaran cukup mudah dan cepat. Bagi pengunjung yang mendaftar sebagai anggota diminta mengisi data secara online dengan isian data kartu tanda penduduk (KTP). Setelah data diinput, pengunjung akan dilayani di meja petugas untuk pemotretan dan cetak kartu.Â
Selesai di lantai 2, saya menuju ke Lantai 3 zona promosi budaya dan gemar membaca. Di lantai ini, saya melihat sepintas dan kemudian melanjutkan ke lantai 4 yang berupa area pameran dan kantin. Karena sedang tidak ada pameran, saya hanya sekilas dan kemudian melanjutkan penjelajahan di lantai-lantai Perpusnas.
Adapun lantai 5 hingga ke lantai 24 Perpusnas berisikan :
Lantai 5 : Perkantoran
Lantai 6 : Mushola
Lantai 7 : Layanan koleksi anak dan disabilitas
Lantai 8 : Layanan koleksi audiovisual
Lantai 9 : Layanan koleksi naskah Nusantara
Lantai 10 : Penyimpanan naskah koleksi deposit
Lantai 11 : Penyimpanan koleksi monograf tertutup
Lantai 12 : Ruang baca koleksi deposit
Lantai 12 A : Ruang baca koleksi monograf tertutup
Lantai 14 : Layanan koleksi buku langka
Lantai 15 : Layanan koleksi referens
Lantai 16 : Layanan koleksi foto, peta, dan lukisan
Lantai 17 : AIPI
Lantai 18 : AIPI
Lantai 19 : Layanan Multimedia
Lantai 20 : Layanan koleksi berkala mutakhir dan ilmu perpustakaan
Lantai 21 : Layanan koleksi monograf terbuka (Klas 000-499)
Lantai 22 : Layanan koleksi monograf terbuka (Klas 500-999)
Lantai 23 : Layanan koleksi mancanegara dan majalah terjidil
Lantai 24 : Layanan koleksi budaya nusantara dan eksekutif lounge.
Nahh..dari direktori tersebut rupanya diketahui penomoran angka 13 tidak dimunculkan. Namun diganti dengan penomoran 12 A yang dijadikan ruang baca koleksi monograf tertutup.
Soal penomoran tadi menjadi hak pengelola.Â
Kalau tebakan saya, barangkali dihilangkan karena angka 13 dianggap angka ganjil yang berkonotasikan menjadi angka sial. Soal angka 13, Kompas.com menuliskan berita berjudul 'Selalu dianggap angka sial berikut misteri tentang angka 13'. Berita dapat dibaca disini. Â Â Dari artikel tersebut dituliskan Ketakutan pada angka 13 ini disebut dengan triskaidekaphobia. Mitos mengenai angka 13 memang diawali oleh banyak insiden yang memicu kepercayaan tersebut.Â
Meski demikian, kita tidak boleh percaya begitu saja. Agar tidak termakan mitos tersebut. Angka berapapun sebetulnya sama saja. Kalau masih ada yang penasaran dengan tidak adanya lantai nomor 13 di Gedung Perpsutakaan Nasional, silakan berkunjung langsung. Dan jangan lupa, membuat kartu anggota dan memanfaatkan layanan yang anda butuhkan, misalnya membaca buku, meminjam buku atau berkunjung ke roof top untuk melihat pemandangan pusat ibu kota, kawasan Monas dari ketinggian. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI