Misalnya Grinting TV seperti diceritakan Wahid melakukan peliputan dan penayangan aktivitas dan potensi desa setempat. Kemudian suarapurwokerto.com, dikatakan Andy memberikan ruang kepada pewarta warga untuk mengirimkan tulisan kepada redaksi. Sedangkan Megandika, memberikan analogi munculnya berita yang ditulis pewarta warga.
"Sebelum ada pewarta warga, berita itu seperti mutiara yang berada di dasar laut dan kami wartawan harus menggali menemukannya. Saat ini dengan ada pewarta warga, mutiara itu seperti terapung di permukaan, kami tinggal mendalami," kata Megandika.
Acara diskusi online kemarin diikuti sekitar 100 partisipan. Penutup diskusi, Doktor Edi mengatakan jurnalisme hiperlokal mendorong munculnya konten-konten berita yang diproduksi oleh pewarta warga dengan mengangkat potensi lokal. Akhir tulisan, saya ingin mengakhiri dengan pertanyaan, apakah kemajuan journlaisme hiperlokal akan menjadi masa depan berita online ? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H