Konstruksi sosial adalah proses sosial melalui tindakan dan interaksi seseorang atau sekelompok orang, yang terus-menerus menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Kostruksi sosial dialami secara subjektif yang artinya pikiran dari hasil menduga-duga, bedasarkan perasaan atau selera seseorang yang didukung dengan fakta atau data yang ada.
Teori eksternal juga dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk mengekspresikan sesuatu yang ada di dalam dirinya dan mencurahkannya agar terlihat berbeda dari masyarakat kebanyakan, dalam artian mempunyai ciri khas tersendiri.
Gender memang terbentuk oleh konstruksi sosial, yang berarti identitas gender seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor biologis seperti jenis kelamin, tetapi juga dipengaruhi oleh norma, nilai, dan ekspektasi sosial dalam masyarakat. Konstruksi sosial gender mencakup berbagai aspek, termasuk peran gender, perilaku, dan ekspektasi yang ditempatkan pada individu berdasarkan jenis kelamin mereka.
Faktanya, apa yang dianggap sebagai 'maskulinitas' dan 'femininitas' dalam banyak budaya adalah hasil dari konstruksi sosial yang telah berkembang selama berabad-abad. Konstruksi sosial ini tercermin dalam perbedaan dalam cara individu-individu diharapkan untuk berperilaku, berinteraksi, dan memainkan peran mereka dalam masyarakat berdasarkan identitas gender mereka.
Penting untuk diingat bahwa konstruksi sosial gender ini bisa sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya, dan juga bisa berubah seiring waktu. Perubahan sosial, perjuangan hak-hak perempuan, dan gerakan kesetaraan gender telah memengaruhi bagaimana konstruksi sosial gender dipahami dan direspons di berbagai masyarakat.Â