Kedua dengan klaim yang netral, Teori Tradisional berdiam diri terhadap masyarakat yang menjadi obyeknya dan membenarkan keadaan tanpa mencoba mempertanyakkanya. Ketiga, dengan memisahkan diri dari PraxisTeori Tradisional mengejar teori demi teori dan karenanya teori tidak memikirkan implikasi praktis dari teori itu. dengan jalan ini teori Tradisional tidak bertujuan mengubah keadaan malah melestarikan Status Quomasyarakat.
Dengan melihat kondisi tersebut maka positivism yang merupakan tradisi ilmiah yang kemudian diimplementasikan kedalam bidang ilmu sosiologi dapat kita ketahui bahwa sosiologi juga belum mampu merubah keadaan masyarakat. hal tersebut juga dirasakan oleh tokoh lain mazhab Frankfurt yang mencoba mengkritik sosiologi yakn, Zoltan Tar. Menurutnya, “ sosiologi hanya menjadi bagian integral dari masyarakat yang ada ketimbang menjadi alat untuk mengkritiknya dan menjadi ragi untuk pembaruan” (1977:x) gejala tersebut dapat dilihat dari berbagai kajian sosiologi yang kurang memperhatikan individu dibandingkan masyarakat sebagai satu kesatuan.
Sosiologi dalam Perspektif Michael Foucault
Tokoh yang mencoba menyingkap tabir dibelakang ilmu pengetahuan salah satunya adalah Michael Foucault dalam beberapa karyanya Michael Foucault mencoba merombak struktur didalam ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode Arkeologi dan Genealogi yang khas serta pada akhirnya menemukan sebuah relasi atau hubungan yang terjalin diluar kondisi manusia diantaranya yakni kekuasaan.
Menurut Michael Foucault relasi kekuasaan dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Ilmu pengetahuan yang melahirkan wacana untuk mempengaruhi praktik diskursif (pengetahuan,bahasa dan tindakan) diproduksi oleh subjek tertentu, subjek tersebut merupakan individu yang memiliki kuasa untuk melahirkan pengetahuan maka pengetahuan tidak dapat dikatakan obyektif karena sejauh ini memang subjek yang melahirkan pengetahuan didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu (ilmuwan,institusi politik, dll). di era modern seperti sekarang pengetahuan sendiri mendapatkan legitimasi didalam kehidupan masyarakat. masyarakat meyakini bahwa pengetahuan adalah sumber kebenaran dari sebuah realita. maka hal tersebut dapat dimanfaatkan subjek yang memproduksi pengetahuan untuk memenuhi kepentingan dan keuntungan mereka. dari analisa tersebut kita dapat beranjak memahami bahwa pengetahuan pada dasarnya menciptakan penindasan di era modern.
Begitu pula dengan sosiologi, sebuah bidang ilmu pengetahuan yang menerapkan keilmiahan didalam disiplin ilmunya menjadi titik serang bagi kritikus yang sejalan dengan Michael Foucault. Sosiologi yang melakukan studi kemasyarakatan mencoba menggambarkan kondisi masyarakat secara umum, lewat teori-teorinya sosiologi mengklaim telah melakukan gambaran umum mengenai masyarakat. dan sejalan dengan itu maka relasi kekuasaan yang tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan tentu meraih keuntungan dengan produk-produk yang dapat ditawarkan yakni teori maupun kerja intelektual. atau dapat disimpulkan ilmuwan-ilmuwan yang berkelut dalam bidang ini atau dapat disebut sebagai sosiolog mendapat tempat teratas didalam pengetahuan tentang masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan politis,ekonomis atau ideologis tertentu dengan kata lain ilmu tidak lebih dari suatu nilai komodifikasi. Demikianlah[]
Jakarta,2015.
Daftar Pustaka
Hardiman,F.Budi. “Kritik Ideologi Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan”.Yogyakarta:Kanisius.1990.
Jones,Pip. “Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme hingga Post
Modernisme”Jakarta: Obor, 2009.