Mohon tunggu...
Hana Nur Khanifah
Hana Nur Khanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hii

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Psikologi Pendidikan sebagai Upaya Meredam Penyebaran Hoax

10 Januari 2024   03:37 Diperbarui: 10 Januari 2024   03:41 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan cabang psikologi yang mempelajari pemahaman tentang pengajaran dan pembelajaran di lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan diawali oleh William James dan John Dewey. John Dewey menyatakan bahwa anak, sebagai pembelajar aktif, mengasuh anak secara umum dan memberi ruang bagi anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, serta semua anak berhak atas pendidikan yang kompeten.

Dalam perkembangannya, psikologi pendidikan memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk mengasah keterampilan penalaran dan aspek sosial-emosional kehidupan siswa dalam konteks budaya dan perilaku sosial siswa.

Pelajar sebagai anak bangsa diharapkan bisa bersaing dan meningkatkan prestasinya, dikarenakan sebagai generasi muda yang memiliki potensi besar bagi pembangunan bangsa, terutama yaitu dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia  yang tinggi serta memiliki kesempatan untuk berefleksi dan melakukan berbagai kegiatan positif yang berdampak pada pembangunan bangsa dan negara di masa depan.

Akan tetapi hal ini tidak dapat terwujud apabila tidak didorong oleh aspek keterampilan, karena keterampilan dalam menggunakan teknologi termasuk faktor pendukung pembelajaran. Untuk mewujudkan harapan tersebut, pemimpin pendidikan memberikn jalan alternatif bagi pendidik untuk memotivasi siswa menjadi pembelajar yang aktif dan konstruktif, sesuai yang diinginkan yaitu dengan menggunakan teknologi secara efisien, cepat dan cermat. 

Namun, Hilgrad menawarkan pandangan lain bahwa untuk memahami objek pendidikan harus dengan menggunakan pendekatan ilmu perilaku untuk belajar, akan tetapi ide ini tidak banyak digunakan karena Hilgrad tidak mengarah pada tujuan yang nyata bagi pendidik.

2. Hoax

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'hoaks' adalah 'berita bohong.' Dalam Oxford English dictionary, 'hoax' didefinisikan sebagai 'malicious deception' atau 'kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat'. Hoax' atau 'fake news' bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, 'hoax' bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.

Di Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan sangat serius yaitu salah satunya adalah maraknya hoaks di masyarakat. Berdasarkan hasil lembaga survei lingkaran survei Indonesia (LSI) Denny JA pada tahun 2018 yang dilakukan pada 10-19 Oktober 2018 mencatat bahwa 75 persen publik khawatir dengan semakin maraknya hoaks, dari jumlah 1.200 responden diseluruh Indonesia. Fenomena berita hoaks menjadi kekhawatiran bersama seluruh elemen masyarakat, terutama pendidik hal ini dikarenakan pendidik memiliki kewajiban sosial untuk bisa mengarahkan dan mengedukasi peserta didik agar tidak gagap teknologi dan informasi dalam menggunakan media sosial.

3. Peran Psikologi Pendidikan Sebagai Upaya Meredam Penyebaran Hoax

Dalam membentuk perilaku manusia sekolah menjadi bagian terpenting dalam merawat generasi muda oleh karena itu sekolah harus berperan aktif dalam memastikan bahwa peserta didik menguasi teknologi terlebih dalam upaya meredam penyebaran hoaks di tengah masyarakat melalui media sosial sehingga generasi muda tidak terprovokasi dan terpengaruhi dalam tindakan tersebut dengan beberapa standar yang harus dilakukan sebagai berikut:

1) Standar penguasaan teknologi pada peserta didik

Masyarakat internasional telah mengembangkan standar teknologi dalam bidang pendidikan yaitu dengan: peserta didik memiliki pemikiran kreatif, membangun pengetahuan dan mengembangkan produk-produk inovatif dengan teknologi, peserta didik menggunakan media digital untuk bekerja sama termasuk untuk meningkatkan pembelajaran jarak jauh, peserta didik menerapkan alat-alat digital untuk mengumpulkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, peserta didik diharapkan ikut berpikiran kritis dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian, mengelola proyek, memecahkan masalah dan membuat keputusan yang efektif dengan menggunakan teknologi yang tepat guna, peserta didik meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu manusia, sosial , budaya yang melibatkan teknologi dan menunjukkan perilaku yang bermoral, serta peserta didik dapat memahami operasi teknologi dan konsep.

2.) Pembelajaran teknologi

Pemahaman penggunaan teknologi terhadap peserta didik dalam mengurangi penyebaran hoax dapat dilakukan dengan mengevaluasi topik pemahaman, pikirkan mengenai apa yang harus dipahami peserta didik tentang suatu topik tertentu, perhatian bagaimana cara peserta didik mengembangkan dan menunjukkan pemahaman dalam menggunakan media sosial.

Pendidik juga harus memberikan penguatan pengembangan pengetahuan kepada peserta didik untuk mencintai dunia literasi. Membaca buku dengan memiliki banyak referensi akan menjadikan salah satu benteng terkuat pada anak didik agar bisa bebas dari ancaman hoax. Penduduk Indonesia masih sangat minim dengan dunia literasi tentu hal ini menjadi ironis sekali. Tidak salah jika Indonesia trancam sangat terbuka dari hoax. Karena tingkat literasi yang sangat jauh dari yang diharapkan. Harapannya kedepan peran pendidik terhadap peserta dididk mutlak untuk perhatikan, bahwa dorongan dari para pendidik agar bisa mencintai buku untuk bisa terhidndar dari hoaks.

Peserta didik juga diajak cerdas dalam bermedia sosial dengan menggunakan media sosial sebagai produksi. Bukan hanya konsumsi dengan memberikan wawasan tentang berwirausaha atau memasarkan produknya lewat internet. Bukan malah terlibat dalam saling serang antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun