1. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan cabang psikologi yang mempelajari pemahaman tentang pengajaran dan pembelajaran di lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan diawali oleh William James dan John Dewey. John Dewey menyatakan bahwa anak, sebagai pembelajar aktif, mengasuh anak secara umum dan memberi ruang bagi anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, serta semua anak berhak atas pendidikan yang kompeten.
Dalam perkembangannya, psikologi pendidikan memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk mengasah keterampilan penalaran dan aspek sosial-emosional kehidupan siswa dalam konteks budaya dan perilaku sosial siswa.
Pelajar sebagai anak bangsa diharapkan bisa bersaing dan meningkatkan prestasinya, dikarenakan sebagai generasi muda yang memiliki potensi besar bagi pembangunan bangsa, terutama yaitu dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia  yang tinggi serta memiliki kesempatan untuk berefleksi dan melakukan berbagai kegiatan positif yang berdampak pada pembangunan bangsa dan negara di masa depan.
Akan tetapi hal ini tidak dapat terwujud apabila tidak didorong oleh aspek keterampilan, karena keterampilan dalam menggunakan teknologi termasuk faktor pendukung pembelajaran. Untuk mewujudkan harapan tersebut, pemimpin pendidikan memberikn jalan alternatif bagi pendidik untuk memotivasi siswa menjadi pembelajar yang aktif dan konstruktif, sesuai yang diinginkan yaitu dengan menggunakan teknologi secara efisien, cepat dan cermat.Â
Namun, Hilgrad menawarkan pandangan lain bahwa untuk memahami objek pendidikan harus dengan menggunakan pendekatan ilmu perilaku untuk belajar, akan tetapi ide ini tidak banyak digunakan karena Hilgrad tidak mengarah pada tujuan yang nyata bagi pendidik.
2. Hoax
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 'hoaks' adalah 'berita bohong.' Dalam Oxford English dictionary, 'hoax' didefinisikan sebagai 'malicious deception' atau 'kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat'. Hoax' atau 'fake news' bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, 'hoax' bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.
Di Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan sangat serius yaitu salah satunya adalah maraknya hoaks di masyarakat. Berdasarkan hasil lembaga survei lingkaran survei Indonesia (LSI) Denny JA pada tahun 2018 yang dilakukan pada 10-19 Oktober 2018 mencatat bahwa 75 persen publik khawatir dengan semakin maraknya hoaks, dari jumlah 1.200 responden diseluruh Indonesia. Fenomena berita hoaks menjadi kekhawatiran bersama seluruh elemen masyarakat, terutama pendidik hal ini dikarenakan pendidik memiliki kewajiban sosial untuk bisa mengarahkan dan mengedukasi peserta didik agar tidak gagap teknologi dan informasi dalam menggunakan media sosial.
3. Peran Psikologi Pendidikan Sebagai Upaya Meredam Penyebaran Hoax
Dalam membentuk perilaku manusia sekolah menjadi bagian terpenting dalam merawat generasi muda oleh karena itu sekolah harus berperan aktif dalam memastikan bahwa peserta didik menguasi teknologi terlebih dalam upaya meredam penyebaran hoaks di tengah masyarakat melalui media sosial sehingga generasi muda tidak terprovokasi dan terpengaruhi dalam tindakan tersebut dengan beberapa standar yang harus dilakukan sebagai berikut: