Mohon tunggu...
Noveri Fehrizal
Noveri Fehrizal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bukan siapa-siapa, tapi akan menjadi apa ?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konsep Al-Wala dan Al-Bara Ibnu Taimiyyah Mampu Menjadi Trigger Isu SARA

16 Februari 2019   03:48 Diperbarui: 16 Februari 2019   03:55 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang terlampau semangat mempelajari konsep Al-Wala' wa Al-Bara' nya syaikh ibnu Taimiyyah tanpa menganalisa lebih teliti apa yang melatarbelakangi seorang syaikh selevel ibnu Taimiyyah sangat keras dan militan dalam menerapkan konsep wala' dan bara' pada masanya dan kondisi seperti apa yang sedang dialami oleh masyarakat muslim saat itu. 

Syaikh ibnu Taimiyyah hidup dikala perang salib berkecamuk dan penyerbuan bangsa tar-tar (mongol) ke baghdad, kondisi negara saat itu bukan dalam keadaan damai sentosa. Kondisi chaos terciptanya perang, menuntut ummat islam pada masa itu untuk mempertahankan semangat dan kekuatan militer dalam menghalau musuh. Konsep Al-wala' dan Al-bara' lah yang menurut pemikiran syaikh ibnu taimiyyah sangat mumpuni untuk membangkitkan GHIRAH perang ummat islam pada era perang salib dan penyerbuan bangsa tar-tar melanda Dinasti islam di baghdad.

Jadi, sangat amat wajar dan realistis konsep yang digaungkan oleh syaikh ibnu taimiyyah didalam kondisi kritis, genting dan berkecamuk perang pada kala itu. Konsep wala' dan bara' tadi dianggap sebagai "dopping" pembangkit semangat perangnya ummat islam dalam menghadapi musuh islam yang mampu mengancam kekhalifahan islamiyah (faktor keamanan negara).

Karna, alasan perang itulah konsep wala' dan bara' sangat keras, disipilin dan kaku diterapkan oleh syaikh ibnu taimiyyah kepada ummat islam pada waktu itu.

Pertanyaan sekarang yang muncul adalah :  
Bagaimana konsep wara' dan bara' ini digaungkan jika, negaranya dalam keadaan tidak perang alias damai, aman, sentosa, rukun dan berdemokrasi ??? Terlebih-lebih lagi hanya sebatas mempertahankan issue politik kekuasaan bukan dalam hal mempertahankan keamanan negara (kesatuan negara).

Indonesia bukanlah ladang yang tepat untuk menghembuskan konsep ghirah religiusitas, karna masyarakat Indonesia punya demokrasi dalam beragama yaitu kebebasan dalam memeluk dan menjalankan syariat agama masing-masing. Konsep wala' dan bara' dinegara yang damai (tidak perang) justru akan memicu disintegrasi bangsa yang dipicu oleh issue SARA.

Oleh Pitopangsan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun