Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keterkaitan Teori Pembelajaran Pancaniti dan Maria Montessori Jenjang PAUD

18 Desember 2022   12:53 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:15 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Kontruktivisme diprakarsai oleh Lev Vygotsky pada tahun 1896-1934 Masehi, konsep yang logis, sistematis dan rasional sebagai seorang yang dianggap ahli di bidangnya dan memiliki keterikatan dengan teori belajar metode Montessori.

Sedangkan Maria Montessori tahun 1870 -1952 yang pemikiran-pemikirnnya sampai saat ini dikenal pada jenjang PAUD dan merupakan salah satu acuan dalam penerapan metode di satuan pendidikan anak usia dini.

Keterkaitan yang saya maksud adalah dimana pada zaman dahulu untuk mengetahui sumber belajar adalah dengan jalur apa saja, bisa melalui mulut ke mulut, bisa dengan mendatangi tempat tertentu bahkan menyebarnya sebuah ilmu pengetahuan baru tidaklah secepat kilat seerti sekarang yang berbau era revolusi industri 4.0.

Berada di ranah revolusi industri 1.0 yang dimulai sejak sekitar tahun 1784 teori Maria Montessori terdapat kemungkinan bahwa beliau memelajari sistem berpikir dan belajar manusia pada abad sebelumnya, dimana contohnya masyarakat sunda pada umumnya sudah menggunakan 'wuluku' menggarap sawah dengan kerbau sebelum revolusi industri 1.0 pada sistem operasi pertanian dan pangan.

Sistem operasi pendidikan 1.0 juga pada tahapan ini sudah berada pada titik berpusat pada guru, padahal jauh sebelumnya pada evolusi sistem pendidikan sudah menuju mendidik manusia seutuhnya sebelum revolusi industri terjadi, namun tidak ditandai dengan sebuah pemahaman dan pemberian nama.

Baru pada evolusi sitem pendidikan 3.0 dan revolusi industri 3.0 sekitar tahun 1969 Masehi, Ki Hajar Dewantara mencetuskan tentang Mendidik Manusia sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya dan kodrat zamannya.

Saya yakin bahwa ada keterkaitan antara Teori Pembelajaran berbasis Pancaniti dan Maria Montessori yaitu terciptanya metode falsafah kesundaan yang dipraktekan leluhur kita dan tersebar ke seantero negeri di dunia mengingat ada situs 'Borobudur' yang tergali dan menjadi dasar pusat peradaban dan keilmuan leluhur kita, ditambah dengan ditemukannya situs piramid 'gunung padang' di Cianjur.

Sekali lagi tidak bermaksud menghubung-hubungkan namun memberikan bukti bahwa leluhur kita sudah kaya akan budaya, dialektika, etika, pendidikan dan lainnya yang harus kita sadari bahwa kita memiliki segala hal yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya.

Foto : Naskah Akademik Keterkaitan Teori Pancaniti dan Kontruktivisme Maria Montessori | dokumentasi pribadi
Foto : Naskah Akademik Keterkaitan Teori Pancaniti dan Kontruktivisme Maria Montessori | dokumentasi pribadi

Kedua falsafah dan teori tersebut pda gambar sejatinya bukanlah hal yang baru, namun memiliki makna yang mendalam ketika ditelusuri lebih lanjut dalam penerapanannya pada jenjang anak usia dini, mengingat kata pancaniti dan kelima tahapannya berbeda dengan jenjang berikutnya.

Berikut penjelasan dari keterkaitan Teori Model Pembelajaran Pancaniti dan Maria Montessori : 

1. Niti harti ( the absorbent & conscious mind )

Memiliki keterikatan/kesamaan yaitu tahapan menyerap informasi melalui proses mengamati : mengenal, melihat, mendengar, merasakan, membaca menurut pemahamannya dan kepekaan anak usia dini.

2. Niti Surti ( the sensitive periods, children want to learn)

Tahapan sensitif, keterkaitannya : setelah tahapan mengenal melalui penyerapan informasi (niti harti) peka dan mendalam ketika melakukan aktivitas juga memiliki ketertarikan dan kepekaan mendalam melalui rasa ingin tahu dan belajar dengan tahapan ingin membuktikan /anak-anak ingin belajar.

3. Niti Bukti ( learning through play)

Tahapan pembuktian dengan sikap dan perilaku anak usia dini yang identik 'mengcopy' apa yang dilihat dan didengar melalui proses belajar melalui bermain yang menyenangkan.

4. Niti Bakti (stages of development)

Tahapan berkaitan dengan konsep Tribakti (bakti ka diri, ka sasama, ka alam) : membaktikan apa yang di peroleh ketika sudah membuktikan, memiliki kesamaan yaitu perkembangan anak usia dini melalui bermain dan belajar secara kontekstual yang bermakna dan menyenangkan juga boleh mengulangi apa yang dipelajarinya.

5. Niti Sajati (encouraging independence)

Tahapan tertinggi dari sebelumnya dengan cara menceritakan kembali pengalaman, mengungkapkan perasaan, mendorong kemandirian anak usia dini dan memberikan reward/apresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun