Manusia yang tidak mungkin hidup sendiri, memiliki interaksi, memiliki sistem nilai, dan sistem ekonomi.
Akhirnya dari ke 3 esensi tersebut melahirkan Produk Budaya : Bahasa, Seni, Sosial, norma etika dan estetika, Teknologi, Pengetahuan dan lain-lain.
Tatanen di Bale Atikan Menggunakan Desain Pembelajaran Berbasis Pancaniti
Program unggulan di Kabupaten Purwakarta yaitu Bunga Pendidikan Karakter salah satunya adalah Tatanen di Bale Atikan (TdBA) yang sekarang sedang berlangsung sejak Peraturan Bupati di tetapkan (Perbup No.103 Tahun 2021 Tentang Tatanen di Bale Atikan).
Sistem thinking dan Critical thinking yang di gembar-gemborkan abad sekarang bahkan di orang tua kita zaman dahulu, Atikan Kesundaan jauh sebelumnya pada abad ke 14 sudah dilakukan dan menjadi peradaban dalam kehidupan manusia seutuhnya.
Tatanen di Bale Atikan menggunakan desain pembelajaran atau metode berbasis Pancaniti. Silahkan klik di artikel saya sebelumnya :
"Model Pembelajaran Berbasis Pancaniti di Purwakarta" (www.kompasiana.com/hanamarita)
Artinya jika model pembelajaran ini sudah dapat di implementasikan di Kabupaten Purwakarta, tidak menutup kemungkinan dapat di aplikasikan di kabupaten lain, bahkan di Indonesia sesuai budaya daerahnya masing-masing.
Tatanen di Bale Atikan sudah berhasil di terapkan di Kabupaten Purwakarta karena memiliki sistem dan nilai leluhur yang selalu ada di sekitarnya yaitu : terkoneksi, menyadari, mempelajari, melakukan, mendapat profit dan benefit, berterimakasih dan menghargai, menyampaikan dan mengajarkan ke anak kita.
Tatanen di Bale Atikan melalui metode pembelajaran berbasis Pancaniti merupakan salah satu warisan sebagai estafet budaya ke masa depan, dalam sebuah kata kerja yang harus dikerjakan dan sudah dikerjakan (bersama, bersepakat, berbuat).
Trie Utami, dalam penyampaiannya di Seminar Pendidikan : Pengarusutamaan Kebudayaan melalui Gerakan Tatanen di Bale Atikan merupakan tokoh budayawan nasional yang terlibat dan salah satu pencetus program Tatanen di Bale Atikan di Kabupaten Purwakarta.
Banyak hal disampaikan oleh beliau yang seorang Founder dari Sound of Borobudur ini, dalam artikel saya selanjutnya dapat di baca di sini :Â
"Mengenal Relief Musik Candi Borobudur Sebagai Perdamaian Dunia"Â
(www.kompasiana.com/hanamarita)