Semua data tersebut didapat dari informasi jumlah peserta per-kecamatan se-kabupaten Purwakarta yang mengikuti ajang gerakan melukis barang bekas untuk menanggulangi sampah anorganik.Â
Kegiatan ini dihadiri oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta yang diwakili oleh Kepala Bidang PAUD DIKMAS Bapak Drs. Kadar Solihat, bapak Syamsudin, Bapak Fahmi dan lainnya.Â
Turut hadir juga dari rekan organisasi mitra yaitu IGTK dan IGRA yang juga melaksanakan gerakan peduli sampah anorganik ini melalui melukis barang bekas dengan waktu dan tempat kegiatan yang berbeda.Â
Sampah anorganik adalah salah satu sampah yang sudah dibahas berkali-kali oleh penulis dalam ulasannya di artikel sebelumnya, juga merupakan salah satu sampah yang memiliki tingkat usia panjang umur.Â
Memang sangat berbahaya apalagi jika tertimbun oleh sampah organik maka akan tercemar, oleh karena itu gerakan ini memiliki tujuan agar sisa atau sampah anorganik dapat digunakan kembali dan bermanfaat.Â
Terdapat berbagai macam dan jenis sampah anorganik, karena sejatinya sampah anorganik itu bersih sebelum digunakan sebagai kemasan suatu produk dan lainnya.Â
Melalui gerakan kesadaran akan peduli lingkungan dan alam setidaknya akan mengurangi beban di TPA sampah di kabupaten Purwakarta , dapat dibayangkan sejumlah 4200 warga purwakarta tidak membuang sampah anorganik ke sana lagi.Â
Selain melukis barang bekas sebenarnya banyak sekali cara menanggulangi sampah anorganik , diantaranya dibuat ecobrick, kerajinan sebuah karya, tong komposter, sampai barang yang tidak ternilai dan dapat dipergunakan kembali.Â
Kegiatan ini tentunya sangat seiring sejalan dengan program yang digaungkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta dalam Pendidikan Karakter salah satunya mewujudkan Purwakarta tanpa sampah dan residu dalam prinsip pengelolaan lingkungan Tatanen di Bale Atikan.Â
Mengolah sampah menjadi berkah merupakan salah satu tujuan dalam penanggulangan sampah baik organik maupun anorganik, selain membuat pot dan tempat sampah dari sampah anorganik, sampah organik pun dapat dikelola menjadi kompos.Â
Lomba bukanlah tujuan yang utama sebenarnya, diharapkan kegiatan ini dapat menjadi budaya sekolah dalam menumbuhkan pembiasaan positif sehari-hari sehingga menjadi karakter peserta didik, khususnya anak usia dini.Â