Kesenjangan yang terjadi dampak dari fenomena tersebut hadir dalam bentuk kesenjangan ekologis, kesenjangan sosial, dan kesenjangan spiritual.
Kesenjangan ekologis merupakan kerusakan lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim, polusi, berkurangnya keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya.
Kesenjangan sosial adalah lebih mengarah kepada materi & pola hidup konsumtif yang berlebihan sehingga hal ini terasa dampaknya yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Kesenjangan spiritual terjadi akibat manusia tidak hidup seimbang dengan alam, tidak mengenal dirinya dan Tuhan seutuhnya dan tidak berkesadaran untuk merawat dan memperbaiki kerusakan alam.
Kekhawatiran mendalam atas guncangan-guncangan yang terjadi ini adalah masa depan anak-anak kita yang menjadi generasi penerus ke depannya.
Malapetaka bangsa yang sebenarnya terjadi saat ini bukanlah bencana alam sesungguhnya, akan tetapi malapetaka yang jauh lebih mengerikan jika peradaban manusia sudah hilang.
Bencana sosial yang sesungguhnya adalah bencana para pelaku sosial itu sendiri, sejauh mana berkesadaran untuk memperbaikinya.
Evolusi sistem 4.0 di sektor pendidikan adalah mendidik manusia seutuhnya, itu yang dilakukan pemangku kepentingan bidang pemerintahan & pendidikan di kabupaten Purwakarta.
Berkolaborasi mewujudkan dan menjadikan anak/peserta didik yang tumbuh dan berkembang sesuai kodrat dirinya, kodrat alamnya, dan kodrat zamannya.
Pemerintah kabupaten Purwakarta melalui dinas pendidikan kabupaten Purwakarta membuat kebijakan pendidikan berbasis semesta untuk menumbuhkan kesadaran hidup ekologis melalui 'tatanen di bale atikan' .
Tatanen di Bale Atikan (TdBA) merupakan suatu program yang tidak hanya menitik beratkan pada menanam atau pertanian, juga bukan menjadikan sekolah-sekolah dan siswanya sebagai petani.